Aliran Mormon
A.
Pendahuluan
Di Indonesia, pada dasawarsa 1970-1980 ada sejumlah pemuda
Bule dengan pakaian yang rapi mengetuk pintu-pintu rumah atau kantor, dan
ketika ada yang menyambut kedatangan mereka biasanya mereka memulai percakapan
dengan bertanya: “apakah anda sudah tahu
sesuatu tentang mormon?. Mereka adalah misionaris dari Gereja Mormon (nama
Resminya The Church of Jesus Christ of
the Latter-Day Saints; Gereja Yesus Kristus Dari Orang-Orang Suci Zaman
Akhir).
Gereja atau Aliran ini resmi berdiri tepat pada tanggal 6
April 1830 di New York, yang di Prakasai oleh nabi dan pendiri Mereka Joseph
Smith, JR.Sejak 5 Januari 1970. Gereja ini memasuki Indonesia melalui 6
Misionarisnya lalu berhasil membaptis petobat yang pertama pada tanggal 29
Maret 1970. Gereja ini berhasil mendapat ijin kerja sebagai organisasi
keagamaan resmi di Indonesia pada tanggal 11 Agustus 1970, dan pada tahun
berikutnya berhasil mendirikan sejumlah cabang diseluruh Jawa. Pekerjaan mereka
di Indonesia tidak begitu lancar, tetapi diseluruh dunia mereka terus
berkembang dengan pesat dimana pada tahun 1980 jumlah anggotanya sekitar 5 juta
jiwa di seluruh dunia dan sekitar 80% ada Amerika Serikat.[1]
Di dalam makalah ini, kelompok akan menjelaskan apa dan
bagaimana “Aliran Mormon”, yang
mencakup latar belakang dan konteksnya, sejarah dan perkembangannya, serta
pokok-pokok ajarannya.
B. Pembahasan
1.
Latar belakang dan Konteksnya
Latar belakang dan konteks kemunculan
aliran ini secara umum sama dengan aliran
Adventis, karena keduanya muncul pada waktu dan dikawasan yang kira-kira sama.
Gereja atau aliran Mormon berakar pada suasana dan iklim keagamaan di wilayah
timur laut AS, pada awal abad ke-19. Kebangunan besar gelombang pertama yang di
mulai pada tahun 1740-an, namun pada tahun 1800 serangkaian kebangunan
rohani telah padam sehingga semangat dan mutu kehidupan rohani sangat merosot.
Revolusi dan perang kemerdekaan yang berpuncak pada tahun 1770-an dan 80-an
hingga berlanjut 1810-an, telah mengakibatkan kehidupan beragama berada pada
titik terendah disepanjang sejarah bangsa itu. Oleh karena itu, tidak dianggap
aneh atau bertentangan bila masyarakat (keluarga Smith) disatu pihak menganut
ajaran Gereja dan dipihak lain menganut ilmu mejik (magic) dan Okultisme
(pemujaan terhadap Roh-Roh). Sebagai respon terhadap keadaan ini maka sejak
tahun 1820-an berlangsunglah kebangunan besar gelombang kedua, dengan tokoh-tokohnya
antara lain Charles G. Finney dan AlexanderCampbell. Semangat menginjili
kedalam dan ke luar negri berlayar ke Makedoniapun dikobarkan. Para pengkhotbah
dimacam-macam gereja berlomba-lomba mentobatkan kembali masyarakat dengan cara
membanjiri mereka dengan Alkitab, Traktat dan majalah-majalah. Masing-masing
menyebut ajarannya yang paling Alkitabiah dan yang benar, oleh karena hal itu, banyak menimbulkan kebingungan bagi
banyak orang yang hendak di injili dan di tobatkan, termasuk Joseph Smith. Sementara itu gerakan-gerakan kebangunan rohani yang
dilakukan bersama semua aliran keagamaan pada masa itu belum sepenuhnya
mengungkapkan ajaran mereka dibawah terang semangat Pencerahan yang berciri
rasional dan ilmiah. Oleh karena itu, Shipps mengingatkan agar di dalam membaca
dan memahami tulisan-tulisan gereja dan berbagai aliran keagamaan pada masa itu
harus memahaminya sesuai dengan konteks dan perkembangan jaman.
Khusus tentang Alexander Campbell, ia adalah salah seorang
yang sangat bersemangat menekankan bahwa gereja harus dipulihkan (direstorasi) kembali pada bentuk, ciri dan tatanan
aslinya sebagaimana seperti dalam PB. Penganut semangat ini disebut kaum restorasionis. Pada akhirnya juga,
gereja Mormon juga sangat bersemangat menyebutkan dirinya sebagai satu-satunya
wujud pemulihan gereja Perjanjian Baru yang sejati.[2]
2.
Sejarah dan Perkembangannya
a.
Penglihatan pertama
Joseph lahir pada 23 Desember 1805 di
Vermont, di lingkungan keluarga yang menganut paham Universalis.[3]
Pada tahun 1816 Keluarga Smith pindah ke Manchester, dekat kota Palmyra, bagian
barat negara bagian New York, terutama karena tekanan kemiskinan. Disana
sebagian mereka menjadi anggota gereja Presbyterian, sebagian lagi menjadi
Metodis, sambil tetap memelihara “kepercayaan
rakyat” pada masa itu (yakni : campuran
antara Kekristenan dengan mejik dan okultisme). Semula Joseph tidak
memperlihatkan minat besar pada agama atau gereja, malah ia tidak bergabung
dalam persekutuan agama atau gereja tertentu yang lazim diikuti oleh para
pemuda pada zamannya. Menurut pengakuan atau kesaksiannya pribadi yang baru
ditulis pada tahun 1838, ia mengalami kebingungan terhadap berbagai ajaran dan
praktek keagamaan atau keyakinan, termasuk yang ditawarkan melalui berbagai
Kebangunan Rohani.[4] Saat itu Joseph
berumur 14 tahun, lalu dalam kebingungannya ia bertanya kepada Tuhan apakah ia
harus menjadi penganut Episcopalian,
penganut Baptis, Menthodis, seorang Kongregasionalis
atau Unitarian. Ia kebingungan
manakah yang benar-benar keyakinan sejati?[5]
Dari hal itu ia mempertimbangkan bahwa tidak mungkin semua ajaran itu benar,
sehingga ia memutuskan untuk menyelidiki ajaran yang benar secara lebih penuh. Dorongan
ini pun semakin kuat setelah ia membaca Yakobus 1:5, “Tetapi apabila diantara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia
memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah
hati.”
Tidak lama kemudian ia pun berdoa
dibawah kerindangan pohon-pohon didekat rumahnya, untuk memohon kebijaksanaan
dari Tuhan. Ketika itu, tahun 1820 dikisahkan Joseph Smith18 tahun
kemudian, doanya dikabulkan. Ia pun mendapatkan Penglihatan Pertama : dua
tokoh surgawi muncul dihadapannya, yang menurut Joseph menyatakan diri sebagai
Allah Bapa dan Putera-Nya Yesus Kristus, dan salah seorang dari antara mereka
berkata “Inilah Anakku yang Kukasihi dengarkanlah dia”. Kemudian mereka
menasehatkan Joseph agar tidak mengikuti salah satu pun dari gereja dan
agama yang ada disekitarnya, karena “semua perhimpunan agama itu mempercayai ajaran yang keliru”. Pada kesempatan itu
juga ia menerima “Janji bahwa Injil yang sepenuhnya dan yang sebenarnya pada
suatu ketika akan diberitahukan kepadaku”.[6]
Selanjutnya ia diminta untuk menunggu petunjuk lebih lanjut sambil
mempersiapkan diri untu tugas mahapenting
dimasa depan.
Setelah itu menyusul serangkaian
peristiwa dan penglihatan yang dinyatakan Joseph Smith sebagai penyampaian
wahyu, yang berpuncak pada penampakan Moroni[7], putra
dari Mormon. Kemudian Moroni memberitahu Joseph tentang sejumlah
lempengan emas yang tersembunyi dibukit kecil dekat Palmyra dan mengandung
tulisan yang sangat berharga. Kemudian Joseph diberikan “perlengkapan dan
kemampuan khusus” untuk menerjemahkan tulisan lempengan tersebut. Sementara
menunggu tibanya saat ‘penyingkapan rahasia’ itu, Joseph menikah dengan Emma Hale yang kemudian jadi
Isrtinya.[8]
b.
Kitab Mormon
Setelah Joseph menikah ia mendapat
penglihatan yang berisi petunjuk dan izin untuk menerjemahkan isi lempengan emas
itu.[9]
Sehingga empat Tahun kemudian ia menggalinya, dan pada lempengan itu ada
tulisan-tulisan yang dikatakan Smith sebagai “huruf Hiroglif Mesir
yang telah dimodifikasi”. Namun dengan menggunakan sepasang kacamata besar
bernama Urim dan Thummin dia mampu menerjermahkannya.[10]
Ada tiga orang saksi atau rekan dari Josep dalam menerjemahkan yakni Oliver
Cowdery, David Whitmer dan Martin Harris. Pada awal tahun 1830 naskah itu
terwujud menjadi sebuah buku dan diberi nama “Kitab Mormon”. Inilah kitab suci baru yang secara mujizat
diterjemahkan dari lempengan emas, seru Joseph.
Selain itu, Joseph Smith dan kaum Mormon memandang kitab Mormon sebagai kitab yang sempurna yang langsung diwahyukan Allah,
karena itu tak bisa salah.
Kitab Mormon merupakan himpunan dari lima belas kitab atau
tulisan yaitu I Nefi, II Nefi, Yakub,Enos, Yarom, Omni, Sabda Mormon, Mosia,
Alma, Helaman, III Nefi, IV Nefi, Mormon, Eter, dan Moroni.
Kitab Mormon ini diyakini bersambung
dengan kitab PL dan nas pendukung untuk membenarkan keyakinan ini adalah
Yehezkiel 37:15-20, “Papan Yehuda”
yang disebut dalam nas ini ditafsirkan sebagai Alkitab, sedangkan “Papan Efraim” ditafsirkan sebagai Kitab
Mormon. Thomas O’Dea (1957), dalam
buku Jan. S. Aritonang, menyimpulkan
bahwa tema kunci dalam Kitab Mormon adalah “Tiba dan bermukimnya orang-orang
Ibrani di benua Amerika sebelum era Kekristenan.” Selain itu, tema-tema lainnya antara lain masalah baik dan jahat
petobatan, Amerika sebagai tanah terjanji dan wawasan milenial dalam kaitan
pembangunan Sion di Amerika.[11]
Oleh karena Amerika merupakan tanah terjanji, maka Smith mengatakan bahwa
rakyat Amerika harus menyiapkan Jerusalem
yang baru didunia baru: Kristus akan tiba
untuk memerintah Amerika selama seribu tahun.
c.
Gereja baru di dirikan
Kembali ke
tahun 1829, di bulan Mei Joseph dan sobatnya Oliver Cowdery menerima
penyampaian Imamat Harun dari Yohanes pembabtis melalui penumpangan tangan.
Pada waktu yang lain mereka mengaku kembali dikunjungi oleh tiga rasul yakni:
Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk menyerahkan Imamat Melkisedek. Pada
kedua imamat inilah, kuasa jabatan dalam Gereja Mormon bersandar,
yang mencakup wewenang untuk berkhotbah, mengajar, membabtis dan melayankan
bermacam-macam kegiatan dan upacara lainnya dalam sistem kepercayaan dan
praktek Gereja Mormon. Sehingga kitab
Mormon bersama Imamat Harun dan Imamat Melkisedek menjadi fundamen bagi
pembentukan gereja baru. Berdasarkan salah satu dari wahyu yang diterima
oleh Joseph Smith ditentuklah gereja
baru itu pada tanggal 06 April 1830.
Pembentukannya ditanda tangani oleh para anggota pertamanya, 6 pria sesuai
syarat minimal yang ditetapkan Undang-Undang di New York. Masih pada masa
pembentukan itu, disingkapkanlah satu wahyu baru yang menyatakan Joseph Smith Jr. sebagai “pelihat,
penerjemah, nabi, rasul Yesus Kristus, dan penatua gereja”. Lalu Oliver Cowdery diarahkan untuk
menahbiskan Joseph Smith. Wahyu
berikutnya memerintahkan Joseph untuk menahbiskan Cowdery sebagai “penatua bagi gereja Kristus”. Lalu perjamuan
kuduspun diselenggarakan dan orang-orang yang hadir disitu menerima pencurahan
Roh Kudus dan keanggotaan dalam gereja itu melalui penumpangan tangan. Semua
ini berlangsung dirumah Peter Whitmer
Sr. Di Fayette, New York, dan dengan demikian lahirlah/ The Church of Jesus
Christ of the Latter-Day disingkat dengan (LDS) atau Gereja Yesus Kristus dari
Orang-Orang Suci Zaman Akhir.[12]
d. Mulainya Penghambatan
Walaupun kitab Mormon bagaikan “Ketapel yang melambungkan
Joseph Smith ke matahari”, namun perjalanan gereja Mormon tidak selalu mulus
dan terang, sebab satu orang ia tobatkan maka sekian banyak orang mengingatnya
sebagai pemburu harta karun. Mereka memandangnya sebagai penipu dan penghujat.
Apa lagi sejak gereja Mormon mulai berdiri Joseph Smith dan para pengikutnya
semakin rajin menyerang dan mendakwa semua gereja lain sebagai gereja yang sesat, murtat, munafik dan sebagainya, dengan mengutip ayat Alkitab untuk mendukung
tuduhannya. Oleh karena itu, tak heran kalau masyarakat disekitar mereka marah
dan melancarkan serangkaian tekanan terutama terhadap Smith dan sekeluarga.
Dalam keadaaan yang tidak menentu itu Joseph Smith mengirim Oliver
Cowdery dan beberapa lainnya menginjili dan menobatkan orang-orang Indian.
Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan Sidney Rigdon, seorang Revivalis
pengikut Alexander Campbell. Dimana Rigdom dan semua pengikutnya di Kirtland
menerima ajaran Mormon dan kembali di baptis menurut ajaran gereja itu. Sebaliknya
Rigdon membawa sejumlah pengaruh ajaran dan kesalehan gaya Chambell
kelingkungan Mormon, seperti tidak merokok, tidak minum minuman keras yang
menjadi sumbangan tersendiri bagi perkembangan teologi Mormon.
e. Menuju tanah terjanji
Pada tahun 1831, berangkatlah rombongan “umat perjanjian”
itu meninggalkan Penghambatan dan “Pers yang buruk” di New York, kemudian di
Kirtland, Joseph Smith merencanakan pembangunan “Yerusalem baru”. Organisasi
Gereja juga semakin dimantapkan berpedoman
pada imamat Harun. Lalu dipilih dua belas orang yang disebut rasul. Banyak
orang yang semula datang ke Kirtland, karena sekedar ingin tahu, malah jadi
“bertobat” dan menjadi warga gereja itu. Konon kabarnya di sana berlangsung
banyak mujizat. Jemaat diselenggarakan berpedoman pada “tata-tertip henokh”,
yang mirip dengan tata-tertib gereja purba, yakni milik pribadi dijadikan
milik gereja dan keuntungan atau hasil kerja pribadi dinikmati seluruh
persekutuan. Ini membuat pemimpin gereja itu memiliki kuasa ekonomi yang sangat
besar (inilah salah satu latar belakang kenapa Gereja Mormon terkenal
dengan kekayaannya).[13]
Di Kirtland Joseph Smith sempat berhasil membangun bait suci Mormon yang
pertama, yang ketika ditahbiskan 1836 membuat umat gereja itu mengalami
ekstase. Namun tak lama kemudian semakin dirasakan bahwa Kirtland bukanlah
lokasi yang tepat untuk “Yerusalem Baru”. Maka sementara jemaat di Kirtland
dikembangkan terus, dan dijajagi juga alternatif lain dimana serombongan Mormon
dikirim untuk menjajagi mendirikan Yerusalem Baru.[14]
Sementara itu, di Kirtland muncul
masalah baru. Beredar desas-desus bahwa dikalangan Mormon telah terjadi skandal
poligami yang membuat sejumlah warga bahkan termasuk beberapa pemimpinnya,
meninggalkan gereja itu, bencana ekonomi juga datang melanda. Pertikaian
dikalangan pemimpinnya menajam, sampai 12 para rasul memberontak. Tetapi Joseph
Smith tetap piawai menghadapi kemelut itu. Ternyata damai tak kunjung kembali ke
Kirtland, sehingga Ia pun megungsi ke Far
West. Namun pada tahun 1839 adanya “Perang
Mormon Pertama ”, sehingga 8.000 orang-orang suci zaman akhir itupun pergi
secara bertahap, dan pindah ke lahan yang dinamakan oleh Joseph Nauvoo
(bahasa ibrani: perkebunan yang indah, dipuncak bukit inilah nanti dirancang
pembangunan bait baru). Dalam waktu singkat Nauvoo menjelma menjadi kota yang baru, dengan otonomi khusus,
termasuk organisasi militer khusus, yang semuanya didokumentasikan dalam Nauvoo Charter1840.
Di Nauvoo dirumuskan beberapa ajaran
baru, antara lain tentang Allah
dan manusia, tata ibadah baru, dan hubungan keluarga baru yang mengarah pada
Poligami.[15] Joseph
membenarkan poligami, dan menyebutnya sebagai doktrin tersuci dan terpenting yang pernah diwahyukan pada manusia di
muka bumi, dan tanpa ketaatan terhadap ajaran itu tidak ada seorang pun
yang akan mencapai “Kepenuhan Kemuliaan”
pada kehidupan kelak. Gereja Mormon berkembang dengan pesat di Nauvoo, dan ini merupakan ancaman besar
bagi masyarakat non-Mormon, sehingga mereka pun mengusahakan berbagai macam
cara untuk merongrong kaum mormon. Tidak lama setelah itu Joseph Smith dan
saudaranya Hyrun Smith meninggal dunia ketika mengikuti acara pengadilan di
kota Carthage. Kematian mereka dipandang sebagai kesahidan. Setelah kematian Joseph,
kepemimpinan di gereja Mormon pun diahlikan kepada Brigham Young, sebagai presiden dan nabi yang kedua.
Kemudian, Brigham Young bersama dengan umat gereja mormon pindah dari Nauvoo dan bermukim di Salt Lake City. kawasan itu dihayati
sebagai Tanah Terjanji, sehingga dengan kerja keras dan penuh semangat dibangun
menjadi kota dan daerah industri. Disana mereka memulai babak baru dari sejarah
gereja Mormon di Sion (Yerusalem baru) yang di idam-idamkan. Seluruh negara
bagian Utah dari Salt Lake adalah warga mormon. Berkat kerja keras dan keuletan
dan sikap positif mereka dalam menghadapi ilmu pegetahun dan teknologi modern,
kawasan itupun menjadi sangat kaya dan berkembang sampai sekarang.[16]
3.
Pokok-Pokok Ajaran Gereja Mormon[17]
Pokok-pokok ajaran Gereja mormon
sebenarnya sudah di rumuskan Joseph Smith dalam dokumen yang dinamakan Articles of Faith (Pasal-pasal iman;
1835), yang di muat pada bagian kitab suci, ketiga dari gereja ini, yakni Pearl
of Great Price (mutiara yang sangat berharga).
Pasal-pasal kepercayaan dari Gereja
Mormon antara lain:
1.
Kami percaya kepada Allah, Bapa yang kekal, serta
putranya, Yesus Kristus dan Roh Kudus.
2.
Kami percaya bahwa orang akan dihukum untuk dosanya
sendiri dan bukan untuk pelanggaran Adam.
3.
Kami percaya bahwa melalui penebusan Kristus, seluruh
umat manusia dapat diselamatkan dengan jalan mematuhi hukum-hukum serta
tatacara-tatacara.
4.
Kami percaya bahwa azas-azas utama serta
tatacara-tatacara injil adalah: pertama beriman kepada Tuhan Yesus Kristus;
kedua bertobat; ketiga dibabtis dengan pencelupan untuk pengampunan dosa-dosa;
keempat penumpangan tangan untuk karunia Roh Kudus.
5.
Kami percaya bahwa seorang harus di panggil oleh
Allah, melalui nubuat, serta dengan penumpangan tangan oleh mereka yang
mempunyai wewenang untuk memberitakan injil serta melaksanakan
tatacara-tatacara dari padanya.
6.
Kami percaya akan organisasi yang sama yang terdapat
pada Gereja zaman dahulu, yaitu para rasul, nabi gembala, pengajar, penyebar
injil, dan sebagainya.
7.
Kami percaya akan karunia lidah, nubuat, wahyu,
penglihatan, penyembuhan, penafsiran
bahasa dan sebagainya.
8.
Kami percaya bahwa alkitab adalah firman Allah sejauh
Alkitab itu diterjemahkan secara betul; kami juga percaya bahwa kitab Mormon
adalah Firman Allah.
9.
Kami percaya akan segala yang telah dinyatakan oleh
Allah, segala yang sekarang dinyatakannya, dan kami percaya bahwa dia masih
akan menyatakan banyak hal yang besar dan penting mengenai kerajaan Allah.
10. Kami
percaya akan arti sesunguhnya dari pada pengumpulan Israel dan pemulihan sepuluh
suku bahwa sion akan ditegakkan diatas benua ini (Amerika) bahwa Kristus secara
pribadi akan memerintah di atas bumi dan dibawah bumi akan diperbaharui serta
menerima kemuliaan Firdausnya.
11. Kami
menuntut hak untuk memuja Allah yang maha kuasa sesuai dengan suara hati kami,
dan mengakui hak yang sama bagi semua orang; biarlah mereka memuja,
bagaimana-dimana atau apapun yang mereka inginkan.
12. Kami
percaya bahwa kami harus tunduk kepada raja, presiden, penguasa serta pembesar
pemerintah, dalam mematuhi, menghormati serta menjunjung hukum.
13.
Kami percaya
bahwa kami harus jujur setia, suci, bajik, berkelakuan baik dan berbuat baik
kepada semua orang, sesungguhnya, kami dapat mengatakan bahwa kami mengikuti
nasehat Paulus kami, mempercayai segala hal, kami mengharapkan segala hal, kami
telah mengatasi banyak hal, dan mengharapkan mampu mengatasi segala hal jika
ada sesuatu yang bajik, yang indah atau terhormat atau patut dipuji maka kami
berusaha untuk melakukannya.
a. Allah Bapa
Di dalam pasal 1 memberi kesan bahwa kaum Mormon percaya
Allah yang Tritunggal. Tetapi dalam perkembangan kemudian terlihat bahwa Joseph Smith dan para pengikutnya tidak
mengakui ke-Tritunggalan Allah, melainkan memahami masing-masing sebagai
pribadi yang terpisah; bahkan lebih dari itu melihat Allah Bapa sebagai manusia
biasa. Dalam ucapannya pada tahun 1884 ia mengatakan bahwa Allah merupakan satu Pribadi tersendiri, Yesus Kristus Pribadi yang
tersendiri dari Allah Bapa, dan Roh Kudus merupakan Pribadi tersendiri sebagai
Roh,,, dan ketiganya merupakan tiga pribadi yang tersendiri dan tiga Allah.
Sebuah keanehan jika ketiga Allah itu disatukan menjadi satu seperti pemahaman
gereja-gereja arus utama, dan Ia akan menjadi raksasa atau monster.
b.
Manusia
Di dalam pasal 2 dari pasal-pasal
iman memberi kesan bahwa gereja Mormon mengakui keberdosaan manusia dihadapan
Allah, sedangkan didalam pasal 3 memberi kesan bahwa manusia hanya akan selamat
karena penebusan Kristus. Tetapi sejajar dengan perkembangan ajaran tentang
Allah diatas, dalam perkembangan selanjutnya kaum Mormon memahami bahwa manusia
bisa menjadi Allah atau ilah. Namun pada tahun 1852 Brigham Young mengajarkan bahwa Adam ditaman Eden
adalah Allah yang mempunyai banyak istri, dan inilah yang digunakan Young untuk
membenarkan ajaran dan pratek poligami.
c.
Kristus, pemuliaan dan keselamatan
Mormon juga memandang dan menyebut
Yesus sebagai Yehova, yang pertama lahir dari antara roh-roh yang pra-eksisten.
Sejalan dengan ajarannya bahwa Adam adalah Allah, selanjutnya Brigham Young
mengemukakan bahwa Bapak dari Yesus
adalah Adam. Kemudian Joseph
Fielding Smith, presiden mormon yang kesepuluh, menegaskan bahwa Yesus lahir
bukan tanpa campur tangan manusia, sambil menyatakan bahwa manusia itu adalah Allah.
Dikatakan bahwa Allah Bapa yang adalah manusia itu mempunyai hubungan jasmani
dengan Maria, sehingga lahirlah Yesus atau Yehova. Diantara pemimpin Mormon ada
yang mengatakan bahwa Yesus kawin. Dan ajaran itu dikemukakan untuk membenarkan
pratek poligami tersebut. Gereja Mormon juga mengajarkan penebusan melalui
Yesus Kristus yang terdiri dari 2 macam keselamatan, yakni Keselamatan umum
yang berlaku bagi setiap orang melalui kematian dan kebangkitan Kristus, dan
kedua Keselamatan pribadi yang juga melalui Kristus, tetapi sangat bergantung
pada upaya manusia melalui kesusilaan, ketaatan pada hukum dan tata tertip,
baptisan dan keikutsertaan dalam upacara-upacara di bait suci. Mormon
mengajarkan adanya tiga jenjang sorga atau kerajaan: telestial, terrestial, dan
celestial. Semua manusia akan memasuki salah satu dari sorga atau kerajaan ini
setelah kematian. Orang yang curang, pendusta, penyihir dan pejinah akan masuk
kesurga telestial; inilah jalan yang rendah dialam baka. Orang-orang baik dan
terhormat, namun telah dibutakan oleh keterlmpilan manusiawi, dan juga yang
bukan mormon, akan memasuki sorga terrestial. Inilah jalan yang lapang
disepanjang alam baka. Sorga celestial sorgannya mormon, tersedia bagi mereka
yang beriman kepada Kristus, bertobat, dibabtis dan memgang teguh kesusilaan
dan kewajiban yang dajarkan gereja mormon. Lalu sorga celestial ini masih
terbagi dua: bagi mereka yang sudah menjalani upacara dibait suci dan bagi
mereka yang belum sejalan dengan ajaran tentang keselamatan, orang-orang yang
menerima keselamatan umum tidak bisa masuk kesurga celestial; sorga ini
tersedia bagi mereka yang menerima keselamatan pribadi.
d.
Alkitab dan kitab-kitab suci lainnya
Didalam pasal 8 dari pasal iman di
atas Umat Mormon percaya pada Alkitab sebagai Firman Allah. Alkitab yang dimaksud
disini adalah Versi King James.
Meskipun demikian kenyataan Alkitab tidak digunakan sebagai kaidah tertinggi
bagi iman dan perilaku. Yang diutamkan adalah Kitab Mormon, ajaran dan
perjanjian, dan mutiara yang sangat berharga. Didalam ketiga kitab ini banyak kutipan dan acuan Alkitab,
seringkali acuan itu hanya berfungsi untuk menguatkan atau menambah wibawa
ketiga “kitab suci” khusus mormon. Namun, Kitab Mormon adalah kitab yang paling
sempurna, tidak mengandung kesalahan sedikitpun, dan kedudukannya lebih tinggi
dari Alkitab.
e.
Gereja
Pasal 6 dari pasal-pasal Iman menyebut
organisasi gereja perdana dan sejumlah jabatan didalamnya. Tetapi seperti telah
disinggung di atas, organisasi gereja ini terutama dibangun di atas Wawasan
Imamat Harun Dan Melkisedek. Dalam kerangka imamat harun seseorang
dapat menjadi diaken pada usia 12 tahun, menjadi guru pada usia 15 tahun, dan
imam pada usia 18 tahun. Dua belas diaken membentuk suatu korum tersendiri,
dengan seorang presiden dan dua penasehat. Bila sang diaken sudah berusia 18
tahun, ia dapat ditahbiskan menjadi imam, dangan tugas berkhotbah, mengajar,
menefsir, menegur, membaptis dan melayankan perjamuan kudus. Para imam
diorganisasikan menjadi korum tersendiri, dengan 48 anggota yang di pimpin
seorang imam besar. Sementara itu dalam Imamat Harun uskup merupakan jabatan
tertinggi.
Didalam gereja mormon ini kaum wanita tak boleh menjadi imam.
Tetapi bagi mereka, sejak 1842 desediakan wadah khusus, Women’s Relief Society, dengan tugas merawat orang miskin, yang
sakit dan berkemalangan; memberi bantuan pada waktu kematian; memberi bimbingan
dan latihan keterampilan rumah tangga bagi saudara-saudari; memupuk cinta kasih
pada agama, pendidikan, kebudayaan dan sopan-santun; membina iman serta
mempelajardan mengajarkan injil. Ini sejalan dengan ajaran dan peraturan di
gereja itu bahwa kaum wanita sebaiknyaberada di rumah, melahirkan dan mendidik
anak-anak serta merawat suami. Oleh karena itu, wanita tidak didukung untuk
bekerja sebagai wanita karier di luar rumah. Namun di samping itu para pejabat
yang mendapat tahbisan dan kaum wanita yang bergiat dalam wadah khusus Gereja,
semua warga gereja diharapkan menyediakan waktunya bekerja bagi gereja beberapa
jam dalam seminggu (di lahan pertanian, pabrik, gudang makanan, tokoh murah dan
sebagainya), di samping memberikan perpuluhan. Dengan demikian setiap jemaat
dan resort atau klasis memiliki kekayaan yang cukup besar. Sebagian kekayaan
ini di pergunakan memelihara warga gereja yang berkekurangan atau kesusahan,
sehingga tidak ada warga gereja kelaparan atau melarat. Karena itu, lepas dari
isu poligami yang telah dibahas terlebih dahulu di atas, gereja ini akhir-akhir
ini, terutama AS, sangat terkenal dengan perhatiannya yang besar atas pembinaan
kehidupan keluarga.
f.
Upacara-upacara di bait suci
Spencer W. Kimball, salah seorang
nabi dan presiden mormon pada masa lalu, berkata bahwa kegiatan di bait suci
merupakan program gereja mormon yang terpenting. Bait suci (juga di sebut rumah
Tuhan), yang saat ini di seluruh dunia berjumlah sekitar 20-an, berbeda dari
gedung gereja atau rumah ibadah biasa. Bait suci pada umumnya berukuran raksasa
dan terbuat dari bahan yang mahal dan berisi perlengkapan istimewa yang juga
terbuat dari bahan-bahan yang mewah. Warga mormon mengadakan kebaktian dan
berbagai kegiatan rutin lainnya termaksud Baptisan biasa dan perjamuan kudus
digedung gereja biasa, sedangkan bait suci hanya digunakan upacara-upacara
khusus yang di pandang khusus. Untuk memasuki bait suci tidak sembarang orang,
kecuali yang telah di Baptis dan di pandang layak memasukinya. “Seseorang yang
pergi ke rumah Tuhan harus bebas dari segala perbuatan yang tidak bersih, tidak suci, tidak murni dan tidak wajar”
(ucapan N. Eldon Tanner).
Ada tiga Upacara yang dilaksanakan
dalam Bait Suci, antara lain:
a. Baptisan orang mati. Bagi Joseph, tanggung jawab terbesar di dunia ini yang diberikan Allah
kepada kaum Mormon adalah mencari orang yang telah mati agar mereka mendapatkan
keselamatan. Ia merasa wajib menetapkan upacara khusus untuk baptisan orang
mati karena, ia telah ditahbiskan kedalam imamat Harun maupun Melkisedek dan
memegang kunci kerajaan (Mat. 16:18-19, 1 Kor. 1:29 dan Mal. 4:6). Cara
pembaptisan orang mati adalah terlebih dahulu ditentukan siapa diantara mereka
yang akan dibaptis, lalu di pilih diantara warga Mormon untuk mewakilinya.
Wakil itu harus terlebih dahulu membersihkan dirinya, mengenakan pakaian putih
kemudian dibaptis di dalam bait suci: wakil itu
diselamkan kedalam bak yang bersandar diatas punggung (patung) dua belas
ekor lembu jantan lalu kitab Injilpun dibacakan. Untuk mendudukng ajaran dan
praktek baptisan orang mati ini, gereja Mormon membentuk lembaga Genealogi
(silsilah).
b. Upacara endowment (penganugerahan). Dalam upacara ini, pria dan wanita dipisahkan dalam
suatu upacara mandi istimewah dan mereka diurapi dengan minyak, dimulai dengan
kepala dan mencakup semua organ yang penting. Alat kelamin diberi urapan dan
berkat khusus agar mampu melaksanakan fungsinya dengan baik, kemudian
masing-masing diberikan nama rahasia, dan mengenakan jubah khusus untuk
meneruskan upacara.
c. Upacara Perkawinan untuk Kekekalan (Perkawinan celestial). Gereja moormon mengajarkan bahwa
perkawinan seseorang harus dimateraikan dengan sepatutnya dibait suci agar
mendapat kemuliaan tertinggi disorga celestial.
4.
Sistem Organisasi[18]
Sistem Organisasi Gereja Mormon
diarahkan pada satu badan yang disebut Otoritas
Umum (General Authorities). Badan ini terdiri dari seorang
presiden, dua penasihat dan dewan dua belas rasul.[19]
Sistem organisasi disusun pada wawasan imamat Harun dan imamat Melkisedek, dan yang
diperkenankan menjadi imam hanyalah pria. Kedua imamat itu terdiri
dari sejumlah dewan atau kuorum yang
berfungsi sebagai anak tangga dari jabatan paling rendah hingga yang paling
tinggi. Imamat Harun memiliki wewenang untuk melaksanakan tata cara jasmani sakramen dan
pembaptisan. Dalam Imamat Harun terdapat pembagian berikut: diaken, pengajar, imam dan uskup, sedangkan Imamat
Melkisedek memiliki kuasa dan memegang untuk memimpin Gereja dan mengarahkan
pengkhotbahan Injil di seluruh penjuru dunia. Dalam imamat Melkisedek terdapat
pembagian dan jabatan berikut: penatua, imam besar, bapa bangsa, tujuhpuluh,
dan rasul. Penatua dipanggil untuk mengajar, menguraikan, menasihati, membaptis
dan mengawasi Gereja. Semua pemegang imamat Melkisedek adalah penatua. Mereka
memiliki wewenang untuk menganugerahkan karunia Roh Kudus dengan menumpangkan
tangan dan melayani orang sakit serta memberkati anak-anak kecil. Seorang
imam besar diberi wewenang untuk menjabat dalam gereja dan menyelenggarakan hal-hal
rohani (lihat A&P 107:10), dan yang ditahbiskan sebagai imam besar adalah
presiden wilayah, presiden misi, dewan tinggi, uskup dan pemimpin gereja.
5.
Perbedaan Ajaran Gereja Mormon dengan
Kekristenan Saat ini
Setelah membahas dan mendiskusikan
bagaimana itu Aliran Mormon dan apa-apa saja pokok-pokok ajaran yang diajarkan
didalamnnya, maka kelompok menilai bahwa ada beberapa ajaran-ajaran yang tidak
sesuai dengan Kekristenan yang kita anut pada saat ini, atau tidak sesuai
dengan ajaran gereja Lutheran. Bahkan, para Teolog dari kalangan gereja yang
menganut otordoksi Protestan (mis. Verkuyl, Kaiser, dsb) pun menilainnya
sebagai aliran sesat atau bidat. Dengan demikian maka kelompok akan mencoba
membandingkannya dengan kekristenan saat ini yang menganut ajaran Lutheran.
V
Allah. Gereja mormon tidak mengakui
ke-Tritunggalan Allah, sebab bagi mereka memahami masing-masing pribadi dengan
terpisah (tiga pribadi-tiga Allah) dan bahkan mereka mengangap bahwa Allah Bapa
adalah sebagai manusia biasa.
F
Sedangkan
dalam Gereja yang menganut ajaran Lutheran, Ke-tritunggalan Allah diakui. Pada
konsili Konstantinopel (381), bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah esa
menurut hakekatnya (ke-Allahannya) tetapi merupakan tiga pribadi, artinya Satu Oknum tiga pribadi. Bapa adalah
Allah; Anak adalah Allah; Roh Kudus adalah Allah, namun bukan berarti ada tiga
Allah tetapi hanya Satu Allah. Allah tidak terbagi menjadi tiap bagian, seperti
pandangan kaum Mormon yang memahaminya dengan terpisah. Tetapi tiap pribadi
adalah Kepenuhan Allah (Kol 2:9; Yoh 10:30)[20]
V
Manusia. Bagi gereja Mormon, manusia adalah
orang berdosa dihadapan Allah dan manusia hanya akan diselamatkan melalui
penebusan Kristus. Namun bagi mereka juga bahwa manusia bisa menjadi
Allah atau ilah. Ajaran tentang manusia bahwa ia bisa menjadi Allah
atau ilah adalah hal yang kontra
(berlawanan) dan tidak sesuai dengan ajaran gereja yang menganut aliran
Lutheran pada saat ini (atau kekristenan pada saat ini). Dalam bukunya Edward W.A. Koehler menjelaskan bahwa
manusia adalah makhota dan ciptaan tertinggi (istimewah) dari semua ciptaan
yang kelihatan. Bukan hanya itu saja, manusia juga diciptakan segambar dan
serupa dengan Allah (Imago Dei), dan
Allah sendiri yang memberikan kehidupan dalam tubuh manusia yakni ketika ia
menghembuskan nafas kehidupan melalui hidug manusia tersebut. Namun dalam hal
ini manusia adalah orang yang berdosa, dimana dalam Kejadian 6:3 bahwa manusia adalah daging yang tidak sempurna
seperti Allah. Dengan demikian mustahil jika manusia bisa menjadi seperti
Allah. Sebab manusia adalah adalah daging yang sangat terbatas, tidak seperti
Allah yang Maha Kuasa.[21]
V
Kristus. Disini kelompok kembali mengatakan
bahwa lagi-lagi ajaran Mormon mengenai Kristus sangat Kontra dengan kekristenan
yang menganut ajaran Lutheran saat ini. Sebab, dalam buku Theol Dieter Becker, menjelaskan rumusan Yesus Kristus dalam
konsili Nicea (325), bahwa : “Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Allah
yang diperanakkan dari Bapa sealku Anaknya yang Tunggal, yang dari hakikat
Bapa, Allah dari Allah Terang dari terang, Allah sejati dari Alah sejati, yang
diperanakan bukan dijadikan, Sehakikat
dengan Bapa, yang oleh-Nya segala sesuatu dijadikan, yaitu apa yang disorga
yang dibumi. Yang demi kita manusia dan demi keselamatan kita, turun dan
menjadi daging, Menjelma menajdi manusia,
menderita sengsara dan bangkit pula pada hari yang ketiga naik ke sorga dan
akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.”[22]
Dari hal ini kelompok menolak dan tidak setuju bahwa Kristus adalah hasil dari hubungan jasmani Allah Bapa dengan Maria.
Tidak..! Tetapi Kristus adalah Allah sendiri sebab Kristus dan Allah Bapa
adalah satu.
V
Alkitab. Jika bagi Gereja Mormon Alkitab tidak
digunakan sebagai kaidah tertinggi bagi iman dan perilaku. Namun bagi Kekristenan
saat ini, Alkitab berisi Perkataan-perkataan Allah sendiri yang ditulis melalui
pengilhaman oleh Roh Kudus. Alkitab bertujuan untuk, menyelamatkan manusai dari
dosa dan kutukan melalui iman kepada Kristus; mengajarkan dan mendidik
anak-anak-Nya dan kesucian hidup; dan membesarkan kemuliaannya (bdk. 2 Timotius
3:16).[23]
V
Baptisan. Menurut Luther Baptisan adalah tanda Perjanjian Allah dengan umat-Nya.
Dan baptisan ini tidak hanya berlaku bagi orang dewasa, tetapi juga berlaku
bagi anak-anak dalam keliarga Kristen.[24]
Dalam hal ini gereja Arus utama tidak mempraktikkan baptisan orang mati seperti
yang dilaksanakan oleh Kaum Mormon.
C.
Penutup
Setelah kelompok membahas tentang Aliran Mormon, maka kelompok
menyimpulkan bahwa Gereja atau Aliran Mormon (The Church of Jesus Christ of the Latter-Day Saints; Gereja Yesus
Kristus Dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir) resmi berdiri tepat pada tanggal 6
April 1830 di New York, yang di Prakasai oleh nabi dan pendiri Mereka Joseph
Smith, JR. Gereja mormon terbetuk dan bisa berdiri bermula dari rasa
kebingungan dari Joseph Smith. Kenapa? Pada tahun 1820-an ketika
dilaksanakannya kebangunan besar gelombang kedua, dan semangat penginjilan
kedalam dan keluar negeri pun dikobarkan. Serta masing-masing aliran menyebut
ajarannya yang paling benar. Oleh karena ini muncullah kebingungan bagi banyak
orang dan termasuk didalamnya Josep Smith yang bingung dan sangat bergumul.
Namun ditengah-tengah kebingungannya, ia membaca Yakobus 1:5, setelah itu ia berdoa,
dan pada akhirnya pun ia mendapatkan suatu penglihatan dimana ada dua tokoh
surgawi muncul dihadapannya. Lalu ia disuruh unutk tidak mempercayai semua
perhimpunan agama tersebut karena ajaran mereka keliru. Waktu terus berjalan dan Joseph juga terus menerima
penglihatan yang juga akan mejadi dasarnya dalam mendirikan gereja Mormon.
Dalam gereja Mormon, Kuasa jabatannya
bersandar pada Imamat Melkisedek dan Imamat Harun. Sistem organisasinya
terdapat dalam satu badan yang disebut dengan Otoritas Umum, yang terdiri dari seorang Presiden, dua orang
penasihat, dan dewan dua belas rasul. Mereka memiliki pokok-pokok ajaran yang
sangat berbeda jauh dengan kekristenan yang kita anut sekarang ini.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Aritonang Jan S, “Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar
Gereja” (Jakarta:BPK-GM, 2009)
Becker, Theol. Dieter “Pedoman Dogmatika; suatu kompendium Singkat”
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009)
Cawthorne, Nigel, “Gereja Setan (The Church of Satan);
Aliran-aliran Sesat dalam agama Kristiani”, (Planet Buku, cet. 1, 2009).
https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Yesus_Kristus_dari_Orang-orang_Suci_Zaman_Akhir, Kamis, 9 Februari 2017
Koehler, Edward W.A. Intisari Ajaran Kristen,
(Pematangsiantar: Akademi Lutheran Indonesia, 2012)
[1] Jan S Aritong, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja
(Jakarta:BPK-GM, 2009), hlm. 343-344
[3] Dalam buku Jan. S. Aritonang: Universalis, yang kurang lebih sama
unitarianisme, yang sudah muncul di eropa selambat-lambatnya pada abad ke-16
dan meluas ke Amerika melalui para kolonis atau imigran Inggris sejak akhir
abad ke-18. Paham ini menolak doktrin trinitas. Yesus adalah manusia dan
pemimpin agama biasa sama seperti Musa dan siddharta Gautama (Buddha). Penganut
paham ini tidak memiliki ataupun mengakui wibawa pengakuan imam, karena menurut
mereka sumber kebenaran adalah manusia. Alkitabpun hanya sekedar catatan
pengalaman manusia yang bernilai tinggi dan mengajarkan banyak hal yang baik.
Kehidupan yang baru dibalik kematian tidak begitu diyakini, sebab yang penting
adalah kehidupan masa kini, yang ditandai oleh damai dan kebebasan serta
pengagungan kemanusiaan.
[5]Nigel Cawthorne, “Gereja Setan (The
Church of Satan); Aliran-aliran Sesat dalam agama Kristiani”, (Planet Buku,
cet. 1, 2009). Hlm, 13-14
[6] Karena cerita tentang “Penglihatan Pertama” 1820 itu, demikian juga
cerita-cerita selajutnya, termasuk tentang penemuan atau penyampaian lempengan
emas berisi ‘Injil yang sebenarnya’ baru ditulis belasan tahun kemudian, banyak
pengamat sejarah melihat bahwa cerita itu bersifat anakronistik, yaitu menggambarkan peristiwa ‘masa lalu’ (1820-an)
dengan menggunakan keadaan dan ukuran ‘masa kini’ (1838).
[7] Moroni adalah utusan sorgawi — nabi terakhir dari para nabi kuno yang menyimpan
catatan—dengan cara yang sama seperti malaikat kerap muncul kepada para nabi
dan pemimpin gereja dalam Perjanjian Baru (lihat khususnya kitab Kisah Para
Rasul).
[13] Selain itu jug mereka
memiliki usaha percetakan sebagai salah satu sumber keuangan.
[15] Praktek Poligami memang terjadi dikalangan pemimpin gereja Mormon. Dalam
salah satu wahyu yang diumumkan oleh Joseph pada awal tahun 1840-an, ia
nyata-nyata membenarkan poligami. Dikatakan juga bahwa Smith sendiri memiliki
sampai 80 Istri. Ia membenarkan poligami dengan mengaku bahwa Kristus telah memilikitiga istri ; Maria
dari Bethany, Maria Magdalena, dan Martha. Joseph juga berpatokan pada Ibrahim, Ishaak, Daud dan tokoh-tokoh PL
lainnya.
[18]https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Yesus_Kristus_dari_Orang-orang_Suci_Zaman_Akhir, Kamis, 9 Februari 2017
[19] Walter Martin, The Kingdom of the
Cults, (America: Bethany House, 2003), hlm. 196
[20] Edward W.A. Koehler, Intisari
Ajaran Kristen, (Pematangsiantar: Akademi Lutheran Indonesia, 2012), hlm.
34
[22] Theol. Dieter Becker, “Pedoman
Dogmatika; suatu kompendium Singkat” (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009),
hlm. 117
Tidak ada komentar:
Posting Komentar