Selasa, 05 September 2017




GERAKAN ZAMAN BARU: AGAMA MASYARAKAT POST MODERN
1.      new age.jpgPendahuluan
Gerakan Zaman Baru adalah kebangkitan kembali secara modern, agama-agama dan tradisi kuno, terutama yang berasal dari Timur. Gerakan Zaman Baru  mempengaruhi budaya masyarakat dalam bentuk kebatinan timur, filsafat modern, psikologi, sains, termasuk fiksi sains ( Science fiction ). Zaman baru yang dimaksud dalam gerakan ini adalah zaman yang akan datang ( sering disebut pula zaman emas, Golden Age, zaman aquarius).
Para aktivis gerakan ini yakin bahwa seluruh kosmos sedang bergerak ke arah tujuan akhir dimana manusia akan mencapai kesempurnaan dan keilahian.  Diyakini akan ada pencerahan yang memungkinkan berlangsungnya transformasi masyarakat  yang mengantarkannya ke dalam zaman baru dimana tidak ada peperangan, kejahatan,kelaparan, kesakitan ataupun keresahan, bahkan tak ada lagi kematian. Dengan demikian Gerakan Zaman Baru adalah salah satu gerakan eskhatologis yang menantikan zaman akhir.
            Herlianto mendefinisikannya. Menurutnya: “Gerakan Zaman Baru adalah kebangunan kembali agama-agama alam (Pantheisme) Timur yang juga merambah ke dunia Barat dan mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.” Dan memang kenyataan sekarang demikian. Kita dapat menyaksikan kebangunan mistik, okultisme dan psikologi baru yang mengajak manusia memusatkan pada diri sendiri untuk menemukan jati diri sejati. 
            Pada prinsipnya, Gerakan Zaman Baru mempengaruhi manusia mempraktikan kepercayaan agama Pantheisme seperti Hinduisme, Budhisme, Taoisme. Penampilannya pun termanifestasi dengan wajah baru. Misalnya, berupa latihan-latihan kesehatan, latihan pernafasan dan meditasi.
            Dalam Gerakan Zaman Baru, prinsip dasar yang berlaku adalah, “pada dasarnya dibalik alam semesta ini, ada kekuatan semesta (Power, Energy, Force) yang menjadi sumber terjadinya segala sesuatu, dan manusia adalah bagian dari kekuatan semesta itu, atau dengan kata lain kalau kita menyebut kekuatan semesta itu sebagai KEKUATAN BESAR [makro kosmos] maka manusia adalah KEKUATAN KECIL (mikro kosmos). 
            Gerakan Zaman Baru  bukan merupakan agama atau aliran kepercayaan tertentu melainkan suatu gaya hidup atau kesadaran berbudaya manusia modern yang ingin kembali  dekat dengan alam.[1]
2.      Isi
A.    Latar Belakang GZB
      Sejak lahirnya kekristenan terus-meners didampingi dan disaingi sejumlah agama yang bercorak okultik (memuja roh) dan metafisik (melihat inti sesuatu dibalik kenyataan yang nampak sehari-hari). Berbagai paham okultik dicoba rontokkan oleh Protestanisme, tetapi tetap bertahan, antara lain dalam paham Deisme. Sejak abad ke-18, paham-paham seperti ini menemukan wahana baru dalam ilmu pengetahuan modern yang berkembang sejak abad ke-18 dan 19. Sama seperti ilmu pengetahuan modern berkembang, begitu juga dengan persekutuan okultik/metafisik.
      Kaum metafisik bersukacita atas kritik ilmu pengetahuan terhadap kekristenan, mengeluk-elukan gagasan-gagasannya tentang hukum alam dan evolusi, dan berkat dukungan ilmu pengetahuan membangun visi spritual yang baru yang mampu berinteraksi dengan bahkan menyambung kepada kepenuhan pengetahuan ilmiah. Jadi, kaum metafisik melakukan pengembaraan rohani dengan mula-mula meapati jejak keyakinan agama tradisional di Barat, lalu ikut kritik atas agama oleh para ilmuwan alam dan sosial, maupun para kritikus sejarah, namun pada akhirnya merasa tidak puas atas ketidakmampuan ilmu pengetahuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan paling luhur mengenai asal usul, makna kehidupan dan ujung nasib manusia. Maka tanpa meninggalkan atau menyangkali sumbangan ilmu pengetahuan modern, kaum metafisik mencoba membangun suatu visi keagamaan baru yang juga menampung “kekayaan rohani” dari agama dan filsafat timur kuno. Dari situlah lahirnya GZB sebagai pewaris paham metafisik yang menerima sambil memadukan dan menyelaraskan dengan paham dan kepercayaan kuno.[2]
B.     Sejarah Perkembangan
      Awal perkembangan GZB sebenarnya dimulai dengan munculnya agama-agama kuno di Timur, yaitu Budhisme (500 SM) yang dipelopori oleh Sidharta Gautama, yang berakar dari agama Hindu dari Budha, sehingga dari agama ini muncul Yoga dan Hare Krishna. Kemudian agama Taoisme, yang dipelopori oleh Lao Tzu (500 SM), dalam perkembangannya agama ini tercampur dengan ajaran Budha, semenjak kedatangan Rahib Budha dari India yaitu Tat Mo Chowsu, di Cina. Baik ajaran Budha, Hindu, dan Taoisme mempunyai kesamaan ajaran, yaitu anggapan bahwa jiwa/pikiran semesta menjadi dasar dari segala sesuatu.  Maka, dari ajaran-ajaran ini mulai berkembang ajaran-ajaran baru yang bernafaskan kebatinan. Contohnya Ralph W. Emmerson, yang mengajarkan paham Transedental Movement sekitar abad 18, dan Spritualisme yang bersifat kebatinan New Mental, yang diajarkan oleh Frans A. Mesmer (1734-1815) ia dikenal sebagai “bapak hipnotis”. Sebutan new Age mulai populer tahun 1960-an dengan populernya lagu yang berlirik mistis dari Marilyn Ferguson. Kemudian juga berkembang ajaran Yoga yang dipopulerkan oleh Meher Baba dan di Indonesia dipopulerkan oleh Sai Baba. Bahkan pada waktu itu berkembang juga ajaran Zen, yang banyak dianut oleh grup musik contohnya, The Beatles.
      Istilah New Age mulai populer di Amerika pada tahun 1960an dengan terbitnya buku dari Mark Satin yang berjudul New Age Politics. Gerakan ini semakin berkembang dengan menjamurnya buku-buku yang dikarang oleh para penulis yang memang memiliki semangat ini contohnya buku Aquarium Conspiracy oleh Marilyn Ferguson.[3]
      Salah satu trend ekspresif zaman post modern adalah ditandainya pergolakan sosial yang cepat. Namun, kita tak sekadar bersaksi atas progresivitas pergolakan sosial, kecanggihan teknologi post industri abad ini. Di sisi lain, kita dihadapkan seribu krisis kemanusiaan: mulai dari krisis diri, alienasi, depresi, stres, keretakan institusi keluarga, sampai beragam penyakit psikologis lainnya. Justru, jenis penyakit yang mengguncang diri kita di tengah situasi krisis dewasa ini, tak lain adalah hadirnya perasaan ketidaknyamanan psikologis. Ada semacam ketakutan eksistensial yang mengancam diri kita di tengah situasi krisis, sarat teror, konflik, dan kekerasan, sampai pembunuhan yang menghiasi keseharian hidup kita.[4]
      Dari pernyataan diatas,, alasan bahwa GZB atau NAM (New Age ) mendadak muncul kembali pada era Post Modern karena gejolak yang menimbulkan banyak perubahan; para kawula muda menerobos budaya orang tua mereka demi mencari dan menemukan nilai-nilai baru. Oleh karena itu, generasi 1960an tersebut berpaling ke Timur untuk mempelajari tulisan-tulisan tentang hindunisme, esoterisme (berguru di tempat terpencil) dan astrologi. Mereka juga memperkenalkan gaya hidup baru seperti yang dipelopori kaum Hippies dari San Francisko, sebagai tanda bahwa hal-hal yang tampil beda toh punya tempat di dunia ini. [5] Dalam perkembangan selanjutnya, kita mengenal para tokoh Gerakan Zaman Baru yang begitu dominan dalam memperjuangkannya. Mereka itu adalah Ram Daas, Marilyn Ferguson, David Spangler, Judith Skutch Dan Sirley Maclaine. 
      Untuk mengenal para tokoh ini, sekilas kita akan mempelajari latar belakang kehidupan mereka. Ram Daas, tokoh ini adalah keturunan Yahudi, terlahir dengan nama Richard Albert. Dalam perjalanan hidupnya, sang tokoh pernah belajar ke India dan kembali dengan nama baru Ram Daas. Tidak ada literatur yang menjelaskan alasan perubahan namanya itu. Ia mengklaim dirinya sebagai guru sehubungan dengan adanya zaman baru.
      Tokoh yang lain adalah Marilyn Ferguson yang namanya mencuat melalui karya tulisnya “The Aquarian Compiracy” pada tahun 1980. Karya tulisnya tersebut membuatnya dikenal khayalak.
      Selain dari tokoh di atas adalah David Spangler. Pada tahun 1976, David mulai menggagas masalah pembangunan sistem dan reorganisasi Gerakan Zaman Baru secara profesional. Dia mengusulkan reorganisasi dalam dunia politik dan bisnis berdasarkan prinsip-prinsip ketat Gerakan Zaman Baru. Menurutnya, organisasi dalam segala aktivitas Gerakan Zaman Baru perlu ditata ulang.
      Judith Skutch yang mulai dikenal pada tahun 1975 melalui karya tulisnya, “A Course in New Age”. Beberapa jilid bukunya telah diterbitkan. Tokoh ini berprofesi sebagai pengacara Gerakan Zaman Baru di New York City.
      Tokoh lain muncul dari kalangan bintang film dan TV Hollywood, namanya adalah Sirley Maclaine. Sirley sering menggambarkan perjalanan spritualnya dengan sangat menarik sehingga difilmkan pada tahun 1983. Film pertamanya berjudul “Out On Limb”. Film ini adalah propaganda yang sangat kental dan sarat dengan Gerakan Zaman Baru, dan pada prinsipnya Gerakan Zaman Baru mempercayai adanya kenyataan, bahwa: “Dunia mengalami terobosan baru, dimana yang tak terbatas/tak terhingga,” hal itu membuka jalan kepada suatu tata dunia baru yang penuh kemuliaan, perdamaian, kelimpahan, dan kesempurnaan. Kekayaan dan sukses adalah hak dan bukti sifat ilahi manusia.[6]
      Oleh kerana itu, New Age Movement, mulai menjadi diskursus (bahan pembicaraan) publik selama dasawarsa 80-an dan terus berlanjut sampai 90-an. Maraknya wacana ini merupakan puncak dari kesinambungan sejarah. Pada perinsipnya GZB mempercayai adanya kenyataan bahwa “dunia mengalami terobosan baru dimana ‘yang takterbatas/tak terhingga’ itu membuka jalan pada suatu Tata dunia Baru yang penuh kemuliaan, perdamaian, kelimpahan dan kesempurnaan. Kekayaan dan sukses adalah hak dan bukti sifat ilahi manusia.
C.    CIRI-CIRI GZB
      GZB adalah kebangkitan agama-agama alam, karena itu memiliki ciri-ciri yang sama dengan monisme.
1.      Semua adalah satu dan satu adalah semua (seperti lingkaran, titik-titik menyatu membentuk lingkaran), Pencipta dan ciptaan tak memiliki nisbah.
2.      Semua manusia adalah satu. Makro kosmos lingkaran besar, dan mikro kosmos adalah manusia, titik-titik yang membentuk lingkaran ( Ruh manusia adalah percikan ilahi), Manusia bisa menjadi Allah, tak ada hierarkhi. spiritualitas bukan ide tapi pengalaman (face to face with reality)
3.      Semua agama adalah Satu. Karena monisme adalah agama isoteris, maka semua agama isoteris berasal dari sumber yang sama, yaitu dalam ciptaan. Maka agama-agama yang memiliki dasar yang sama itu tentu saja bisa menyatu, percampuran agama.
4.      Satu solusi(Manusia menemukan solusi dalam dirinya, bukan dari luar dirinya)
5.      ambang yang digunakan antara lain; pelangi, piramida, segitiga, mata dalam segitiga, kuda bertanduk cahaya, swastika, yin-yang, kepala kambing di atas pentagram, angka 666.[7]
D.    Model Jaringan Persekutuan, Organisasi dan Bisnis Gerakan Zaman Baru[8]
      Kelompok-kelompok yang termasuk dalam GZB tak jarang terjadi persaingan dan perebutan peminat dan penganut anggota baru. Namun, dalam kompetisi ini tidak membuat kelompok untuk bermusuhan tetapi mereka tetap bekerjasama. Model struktur yang dirasa cocok untuk kelompok GZB adalah Komune yang diikat dalam satu jaringan organisasi yang dipimpin sang guru, contohnya Komune Abode of The Message (sanggar amanat) yang didirikan oleh Pir Vilayat Inayat Khan.
      Unsur terpenting juga dalam penyebaran GZB adalah jaringan organisasi bisnis yang memperlancar proses transformasi GZB. Setiap kawasan metropolitan mempunyai sejumlah orang yang mengajarkan teknik-teknik transformasi, mulai dari meditai sampaii pada sesni perang, atau juga yang memperaktekan pengobatan alternatif.
      Disamping itu juga dibentuk wadah bisnis untuk melayani persekutuan GZB lewat jaringan distribusi bermacam-macam produk mereka, mulai dari bantalan yoga dan tikar untuk meditasi, sampai pada alat masak, vitamin alamiah, dll. Lewat berbagai produk ini mereka bertujuan untuk mempromosikan model bisnis GZB, tetapi juga berbagai ajaran dan prinsip-prinsip ajaran itu.
E.     Peranan Media Informasi dan Jaringan Komunikasi
      Sekali gagasan Zaman Baru di ungkapkan , maka para pendukungnya segera membangun network diantara kelompok organisasi yang tampaknya dipersekutukan berdasarkan alasan ideologi maupun praktek. Untuk itu mereka menerbitkan direktori (buku petunjuk) yang memberi informasi tentang pusat-pusat berbagai kelompok okultik, filsafat Timur, serta agama-agama mistik; serta toko-toko makanan sehat, toko-toko buku metafisik, perhimpunan anti pembedahan, guru-guru yoga, organisasi penelitian parapsikologi, kelompok-kelompok minat pengembangan kejiwaan serta fasilitas-fasilitas perawatan kesehatan “alternatif” yang tidak menggunakan tatacara perawatan secara medis. Direktori-direktori itu tidak bercirikan deskriminatif, jadi menerima segala sesuatu golongan yang ada di dalam masyarakat. Beberapa diantaranay juga cenderung menyajikan daftar dari kelompok mana saja yang menawarkan spiritualisasi dalam hal alternatif, termasuk kelompok Kristen yang memakai nama yang tidak lazim.
      Disamping direktori, salah satu sarana terpenting bagi gerakan ini adalah berkala (majalah, jurnal). Sarana ini membuhul dan menjalin kesatuan kelompok-kelompok dan pribadi-pribadi yang beraneka ragam itu. Beberapa yang menonjol di awal kemunculan gerakan ini adalah “New Age Journal, New Realities, New Directions, dan Yoga Journal”. Selain itu masih ada ratusan berkala dan surat edaran (newsletter).[9]
F.     Keyakinan, Ajaran, dan Tata Ibadah
      Dari uraian diatas, kita telah lihat berbagai kelompok, keyakinan, pemahamam dan praktek yang tecakup dibawah GZB, dan betapa beraneka-ragamnya semua itu. Karena itu, mustahil merumuskan seperangkat keyakinan dan ajaran yang berlaku bagi semua. Lagi pula GZB, sebagai salah satu fenomena Post Modern yang muncul akibat reaksi atas sistem keagamaan, kepercayaan, serta ajaran yang ortodoks,seragam dan baku. Kendati demikian, pada gerakan ini dapat diidentifikasi pemahaman atau keyakinan tertentu, atau prinsip-prinsip umum yang kurang lebih diterima semua penganutnya. Prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Tuhan, sebagian besar kaum GZB memahami Tuhan sebagai prinsip Mahaleluhur yang mempersatukan; Ia bersifat impersonal (tidak berpribadi), tidak mempunyai eksistensi, serta tidak berpisah atau berbeda dari alam raya atau ciptaan. Tuhan dipahami sebagai suatu energi, daya. Dalam pandangan GZB, Tuhan mengalami perubahan seoring dengan evolusi manusia. Alam semesta tidak memiliki tujuan, tidak ada batas bagi kemungkinan, segala sesuatu adalah mungkin. Yang baik dan yang jahat adalah sama, demikian juga hidup dan mati.[10]
2.      Kemanusiaan,  seperti halnya seluruh ciptaan, umat manusia ambil bagian dalam hakiki Tuhan. Manusia merupakan bagian kecil dari kosmis, dan mempunyai sifat ilahi dalam dirinya, atau dapat dikatakan bahwa manusia adalah ilah juga : karena itu manusia pada dasarnya baik (all Is one. We are all one. All is God. We are God) manusia juga adalah bagian dari energi/roh semesta, dan sifat manusia yang tidak terbatas dan kekal, sampai pada reinkarnasi.[11]
3.      Krisis kemanusiaan, semua krisis kemanusiaan timbul dari ketidaktahuan akan keilahian dan kebersatuan dengan segala sesuatu. Satu-satunya kenyataan di dalam Zaman Baru adalah apa saja yang setiap orang tetapkan harus ada. Perubahan persepsi seseorang atas realitas akan mengatasi semua keraguan dan kejahatan yang tampaknya ada. Penolakan untuk memandang kejahatan, ketidak-adilan, kelaparan, kekerasan dan maut akan menghancurkan semua itu. Manusia tiba pada kesempurnaan dan kekekalan melalui suatu proses evolusi atau kebangunan yang dinamakan transformasi. Kemanusiaan yang sudah ditransformasikan adalah juruslamat kemanusiaan.[12]
4.      Transformasi, dalam hal ini, kesadaran manusia akan hakikatnya sebgai ilahi. Kita merupakan pencipta terhadap diri kita sendiri, dengan demikian, kita harus bertaggung jawab terhadap apa yang terjadi disekitar kita. Satu-satunya pengaharapan kita akan masa depan adalah keberhasilan menangkap dan mengharapkan evolusi lanjutan. Unsur kunci adalah bahwa kita harus memilih dengan bijak arah evolusi kita di masa depan. Kemuliaan ilahi akan timbul, dan kita akan mengarahkan evolusi kita di masa depan bagi perbaikan kemanusiaan. [13]
5.      Teknik transformasi: transformasi dapat berlangsung dengan menggunakan ratusan macam teknik yang dapat diterapkan pada tubuh, pikiran/roh. Sasaran dari setiap teknik ini adalah membuka selubung yang merintangi persepsi seseorang terhadap realitas, seraya membangun seperangkat persepsi baru yang didasarkan atas keyakinan bahwa manusia adalah pencipta dirinya sendiri.[14]
6.      Transformasi global: transformasi personal adalah basis bagi transformasi global, yang akan dicirkan oleh pencerahan massal dan kesatuan sosial. Menurut mereka, evolusi lanjutan umat manusiapada akhirnya dan tanpa terelakan akan menjadi universal, yang berpuncak pada zaman emas yang akan bebas dari perang, kekerasan, resisme, wabah penyakit, kelaparan dan kematian. Sebagian yakin bahwa umat manusia akan sungguh-sungguh “esa”, dengan satu bahasa, satu siste mata uang, satu pemerintahan dunia, begitu juga satu pikiran dan satu kehendak, bahkan sebagian berpendapat bahwa semua orang akan berpikir dengan pikiran yang sama pada waktu yang sama.[15]
7.      Agama universal: transformasi pada gilirannya akan menghasilkan agama yang universal. Pada zaman baru itu, umat manusia hanya akan mengenal satu agama, yaitu agama yang universal. Agama tersebutpun akan menggunakan bentuk yang berbeda-beda dan menampung banyak masukan dari berbagai tradisi agamawi yang ada sekarang.[16]
8.      Daya universal: daya untuk menghasilkan transformasi datang dari energi alam raya. Warga GZB menganngap adanya eksitensi energi darasiah yang berbeda dari bentuk-bentuk energi yang lebih umum dikenal (panas, cahaya, elektromagnetik, gravitasi, dan sebagainya) yang mendukung dan merembesi semua yang ada di alam raya.[17]
9.      Reinkarnasi dan karma: Seperti telah dikemukakan diatas, di Dalam Zaman itu transfomasi personal merupakan ‘way of life’ (cara hidup). Karena itu setiap orang harus memilih suatu sadhana, lorong pertumbuhan dan perkembangan rohani. Tetapi karena sadhana tidak dapat selesai ditempuh dalam satu masa kehidupan, maka diyakini bahwa ada reinkarnasi dan karma yang menyediakan kerangka jangka panjangyang didalamnya dapat dilihat kemajuan rohani seseorang. Masing-masing orang akan menyelesaikan tahap perkembangan moral dan spiritual tatkala mereka membereskan semua konsekuensi tindakan mereka yang sudah lewat, baik pada kehidupan masa kini, maupun yang sebelumnya, dengan melintasi suatu kurun waktu kehidupan berikutnya dalam tubuh jasmani.[18]
10.  Pembimbing dan Guru: diatas kita telah melihat pemahaman GZB tentang Tuhan. Umat mengambil bagian di dalam Tuhan sebagai pribadi-pribadi yang merupakan perwujudan dari prinsip mahaleluhur yang mempersatukan itu dan sebagai saluran-saluran yang mengalirkan energi atau daya universal ke dalam dunia. Yesus dalam pandangan mereka adalah hanya sebagai guru yang agung.[19]
11.  Ibadah: terutama kelompok-kelompok GZB yang masuk kategori okultik atau GAB,        mereka mengenal dan menyelenggarakan apa yang juga mereka sebut ibadah . ibadah mereka diungkapkan secara khas lewat meditasi ataupun berbagai praktik transformasi yang diajarkan oleh para guru atau pembimbing spiritual yang berbeda-beda. Dalam bentuk yang terbuka intuk umum, ibadah mereka itu paling nyata diungkapakan dala ibadah yang Universal, dimana mereka menghormati semua agama sembari memberi kesadaran dan pengertian akan kosmos yang mendasari setiap orang.[20]
G.    GZB yang Kristen
      Disepanjang uraian dari atas, telah diungkapkan bahwa GZB menyerap ajaran dan praktek berbagai agama, termasuk Kriten. Nama Yesus sering muncul, kendati hanya dipandang atau diakui sebagai seoarang Guru Agung. Namun lebih dari itu, ternyata ada berbagai kelompok dilingkungan GZB yang secara terus terang menyebut diri sebagai orang Kristen, atau bagian dari Gereja misalnya (di Jakarta pernah ada kelompok yang menamakan diri Gereja Kristus Penginjilan Nusantara), lalu menawarkan seperangkat ajaran, kegiatan dan praktik seakan-akan adalah ajaran Kristiani lewat persekutuan-persekutuan dan barbagai kegiatan misalnya seperti ibadah minggu, seminar, lokakarya, dan lain sebagainya, yang mereka bentuk dan selenggarakan ataupun lewat bacaan. Mereka bahkan menjajikan pemaham yang lebih mendalam dan sejati atas Iman Kristiani serta atas Alkitab, sebab mereka mengaku menerima wahyu langsung dari Kristus Yesus.
      Bagi banyak warga masyarakat atau warga Gereja, ajaran dan praktik yang mereka tawarkan sering tidak disadari sebagagi ajaran GZB yang sama sekali lain dari ajaran gereja resmi, apalagi karena para penganjurnya juga sering menggunakan Alkitab.[21]
      Berikut, mengenai ajaran-ajaran dari kelompok yang mengaku diri sebagai GZB Kristen adalah:
·      Yesus mengajarkan bahwa segala sesuatu adalah satu, segala sesuatu adalah Allah, dan manusia adalah Allah.
·      Yesus mengajarkan dan yakin akan adanya kesatuan agama-agama dunia.
·      Yesus mengajarkan bahwa ia bukanlah Allah yang secara unik menjelma menjadi manusia biasa yang mengalami pencerahan.
·      Yesus mengajarkan bahwa ia adalah penunjuk jalan bagi manusia, tetapi bukan juruselamat.
·      Yesus mengajarkan bahwa setiap insan memiliki potensi dan kecakapan untuk menyelamatkan dirinya.
·      Yesus mengajarkan bahwa pengetahuan esoteri (gnosis) maha penting bagi upaya manusia menyelamatkan dirinya sendiri.
·      Yesus mengajarkan bahwa transformasi kesadaran merupakan bagian dari upaya manusia menyelamatkan dirinya sendiri.
·      Yesus mengajarkan dan percaya bahwa pada Allah sang Bapa (sang pencipta) dan Allah sang Ibu (sang Bumi).[22]
H.    Beberapa Catatan Penilaian Atas GZB
      Gereja Kristen pada umumnya merasa terusik dan digerogoti dengan gerakan GZB. Kendati di sana-sini menghargai unsur-unsur tertentu dari padangan dan praktik GZB seperti meditasi, yang dapat dinilai oleh Kristiani misalnya menunjukan janji kasih Allah[23], namun kalangan gereja pada umumnya memberi penilaian negatif, terlebih-lebih atas kelompok-kolompok atau pemahaman yang mengaku diri sebagai “GZB Kristen”[24], misalnya mewakili para teolog Lutheran menilai bahwa GZB mempromosika tipu muslihat Iblis yang paling tua dan mematikan, yaitu bahwa manusia setara dengan Allah. Dalam buku Jan. S Aritonang, disana ia mengutip pendapat Dr. Carl Raschke dari Universitas Denver, Lochhaas menyebut GZB sebagai “versi rohani dari AIDS”, dalam arti: ia menghancurkan sistem pertahanan dan kemampuan umat manusia untuk menanggulangi dan berfunsi sebagaimana mestinya sebagai manusia.
      Dengan demikian, kita melihat bahwa GZB masih cukup laris di dunia ini, terutama di dunia Barat. Mengingat bahwa Indonesia, seperti itu juga banyak negara berkembang lainnya, sering menjadi pasar potensial bagi segala macam produk dunia Barat, termasuk yang berbaur dengan agama.
      Kehadiran GZB di Indonesia, tidak dapat dipungkiri, secara tidak disadari negara Indonesia telah merembesi dan menyusup kehidupan bangsa kita, terutama ketika kita berada dalam era industrialisasi dan globalisasi. GZB dengan segala sarana dan metode penyebarannya merupakan salah satu contoh yang paling representatif dari produk ‘konsumtif’ yang dikemas dengan bungkus dan aroma spiritual, lalu dipasarkan danmembanjiri dunia dengan memanfaatkan arus globalisasi tersebut.
      Oleh kerana itu, mengecam dan mencerca saja tidak akan memecahkan masalah. Mengamati dan memantau persebarannya, mewaspadai kehadirannya di tengah kehidupan kita, dan membekali diri dengan pemahaman yang memadai atasnya merupakan langkah awal untuk menolong kita.[25]
3.      Penutup
a.      Kesimpulan
      Dari berbagai penrnyataan di atas, maka penulis menyimpulakan bahwa Gerakan Zaman Baru meupakan sebuah gerakan yang lahir oada zaman Post Modern yang mengkritik berbagai kemajuan pendidikan dan perkembangan teknologi. Gerakan ini membangkitkan kembali paham yang bergantung terhadap hukum alam. Mereka tersebut adalah bersifat universa, dimana bukan hanya mengatasnamakan sebagai GZB Kristen saja, melainkan mereka semua mencakup berbagai agama yang ada di dunia ini. Mereka memang menghormati semua agama, namun mereka memberi kesadaran terhadap semua orang terkait dengan kepercayaan-kepercayaan tradisonal. Gereja sangat sulit untuk menglkaim bahwa ajaran yang mereka paham tersebut adalah benar, alasannya karena gereja sama sekali bertentang dengan paham yang dianut oleh penganut GZB ini, dimana gereja sangat melarang dan tidak mengijinkan pengikutnya percaya terhadap magic-magic atau yang bersifat Okultik, dan juga sebagian besar yang paham yang dianut oleh GZB ini bertentangan dengan ajaran Kristiani, termasuk Hakikat dan Kewibawaan Allah.
b.       Kritik dan Saran
      Sebagai manusia yang meiliki sifat keterbatasan dan kelemahan, seya sebagai penulis mengakui bahwa ada banya kekurang dan keterbatasan penulis dalam membuat karya ilmiah ini, untuk itu, saya sangat mengaharapkan kritik dan saran serta masukan yang bersifat membangun demi memperbaiki kelemahan saya sebagai penulis makalah ini.






















DAFTAR PUSTAKA
Literarur kepstakaan
Herlianto, Humanisme dan Gerakan Zaman Baru (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1990)
Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja (Jakarta:BPK-GM, 2016)
Kranenborg, R. , Conteporary Millenianism and the  New Age Movement, dalam EXCHANGE (Journal of Missiological and Ecumenical Research) vol. 23, 1994
Winker, E.K., The New Age Is Lying to You. St. Louis: Cocordia Publishing House, 1994

Halaman Internet
Kutipan Hisar Manurung dalam buku yang ditulis oleh Chandler, R., Understanding The New Age (Texas: World Inc., 1989), hlm 97 di alamat situsnya new-age-movement.htm
Kutipan Joni Welman Simatupang, dalam buku Chadler, Understanding the New Age, 1988, hlm 20, 130-33), di alamat situs gerakan_zaman_baru-perkantas-jakarta.htm


[1] Herlianto, Humanisme dan Gerakan Zaman Baru (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1990), hlm. 37
[2] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja (Jakarta:BPK-GM, 2016) hlm 541-543
[3] Herlianto, Op. Cit, hlm 39
[4] Kutipan Joni Welman Simatupang, dalam buku Chadler, Understanding the New Age, 1988, hlm 20, 130-33), di alamat situs gerakan_zaman_baru-perkantas-jakarta.htm, di akses pada hari Rabu, 30 Agustus 2017, pukul 17.24 WIB
[5] Kutipan Jan. S. Aritonang dalam tulisan R. Kranenborg dalam bukunya Conteporary Millenianism and the  New Age Movement, dalam EXCHANGE (Journal of Missiological and Ecumenical Research) vol. 23, 1994, hlm. 44-57 dalam buku Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, hlm 549-550
[6] Kutipan Hisar Manurung dalam buku yang ditulis oleh Chandler, R., Understanding The New Age (Texas: World Inc., 1989), hlm 97 di alamat situsnya new-age-movement.htm, di akses pada hari Rabu, 30 Agustus 2017, pukul 17.17 WIB
[7] Herlianto, Op.Cit, hlm. 41
[8] Jan S. Aritonang, Op. Cit, hlm 554-555
[9] Ibid, hlm 553-554
[10] Ibid, hlm 559
[11] Herlianto, Op.Cit, hlm. 41
[12] Jan.S. Aritonang, Op. Cit, hlm. 560
[13] Ibid, hlm. 560
[14] Ibid, hlm 561
[15] Ibid, hlm 561-562
[16] Ibid, hlm. 562
[17] Ibid, hlm. 562-563
[18] Ibid, hlm. 563
[19] Ibid, hlm. 563-564
[20] Ibid, hlm. 564
[21] Jan S. Aritonang, Op. Cit, hlm 564
[22] Kutipan Jan. S. Aritonang dalam tulisan E.K. Winker dalam bukunya The New Age Is Lying to You. St. Louis: Cocordia Publishing House, 1994, hlm. 176-184 dalam buku Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, hlm. 564-566
[23] Herlianto, Op. Cit, hlm. 168
[24] Kutipan Jan. S. Aritonang dalam tulisan Ph. dalam bukunya The New Age Is Lying to You. St. Louis: Cocordia Publishing House, 1994, hlm. 176-184 dalam buku Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, hlm. 564-566
[25] Jan. S. Aritonang, Op. Cit, hlm. 566-569

GERAKAN ZAMAN BARU: AGAMA MASYARAKAT POST MODERN 1.       Pendahuluan Gerakan Zaman Baru adalah kebangkitan kembali secara modern,...