GERAKAN
ZAMAN BARU: AGAMA MASYARAKAT POST MODERN
1.
Pendahuluan

Gerakan
Zaman Baru adalah kebangkitan kembali secara modern, agama-agama dan tradisi
kuno, terutama yang berasal dari Timur. Gerakan Zaman Baru mempengaruhi
budaya masyarakat dalam bentuk kebatinan timur, filsafat modern, psikologi,
sains, termasuk fiksi sains ( Science fiction ). Zaman
baru yang dimaksud dalam gerakan ini adalah zaman yang akan datang ( sering
disebut pula zaman emas, Golden Age, zaman
aquarius).
Para aktivis gerakan ini yakin bahwa
seluruh kosmos sedang bergerak ke arah tujuan akhir dimana manusia akan mencapai
kesempurnaan dan keilahian. Diyakini akan
ada pencerahan yang memungkinkan berlangsungnya transformasi masyarakat
yang mengantarkannya ke dalam zaman baru dimana tidak ada peperangan, kejahatan,kelaparan,
kesakitan ataupun keresahan, bahkan tak ada lagi kematian. Dengan demikian
Gerakan Zaman Baru adalah salah satu gerakan eskhatologis yang menantikan zaman
akhir.
Herlianto mendefinisikannya.
Menurutnya: “Gerakan Zaman Baru adalah kebangunan kembali agama-agama alam
(Pantheisme) Timur yang juga merambah ke dunia Barat dan mempengaruhi seluruh
aspek hidup manusia.” Dan memang kenyataan sekarang demikian. Kita dapat
menyaksikan kebangunan mistik, okultisme dan psikologi baru yang mengajak
manusia memusatkan pada diri sendiri untuk menemukan jati diri sejati.
Pada prinsipnya, Gerakan Zaman Baru
mempengaruhi manusia mempraktikan kepercayaan agama Pantheisme seperti
Hinduisme, Budhisme, Taoisme. Penampilannya pun termanifestasi dengan wajah
baru. Misalnya, berupa latihan-latihan kesehatan, latihan pernafasan dan
meditasi.
Dalam Gerakan Zaman Baru, prinsip
dasar yang berlaku adalah, “pada dasarnya dibalik alam semesta ini, ada
kekuatan semesta (Power, Energy, Force) yang menjadi sumber terjadinya segala
sesuatu, dan manusia adalah bagian dari kekuatan semesta itu, atau dengan kata
lain kalau kita menyebut kekuatan semesta itu sebagai KEKUATAN BESAR [makro
kosmos] maka manusia adalah KEKUATAN KECIL (mikro kosmos).
Gerakan Zaman Baru bukan
merupakan agama atau aliran kepercayaan tertentu melainkan suatu gaya hidup
atau kesadaran berbudaya manusia modern yang ingin kembali dekat dengan
alam.[1]
2.
Isi
A.
Latar
Belakang GZB
Sejak lahirnya
kekristenan terus-meners didampingi dan disaingi sejumlah agama yang bercorak
okultik (memuja roh) dan metafisik (melihat inti sesuatu dibalik kenyataan yang
nampak sehari-hari). Berbagai paham okultik dicoba rontokkan oleh
Protestanisme, tetapi tetap bertahan, antara lain dalam paham Deisme. Sejak
abad ke-18, paham-paham seperti ini menemukan wahana baru dalam ilmu pengetahuan
modern yang berkembang sejak abad ke-18 dan 19. Sama seperti ilmu pengetahuan
modern berkembang, begitu juga dengan persekutuan okultik/metafisik.
Kaum metafisik bersukacita atas kritik ilmu pengetahuan
terhadap kekristenan, mengeluk-elukan gagasan-gagasannya tentang hukum alam dan
evolusi, dan berkat dukungan ilmu pengetahuan membangun visi spritual yang baru
yang mampu berinteraksi dengan bahkan menyambung kepada kepenuhan pengetahuan
ilmiah. Jadi, kaum metafisik melakukan pengembaraan rohani dengan mula-mula
meapati jejak keyakinan agama tradisional di Barat, lalu ikut kritik atas agama
oleh para ilmuwan alam dan sosial, maupun para kritikus sejarah, namun pada
akhirnya merasa tidak puas atas ketidakmampuan ilmu pengetahuan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan paling luhur mengenai asal usul, makna kehidupan dan
ujung nasib manusia. Maka tanpa meninggalkan atau menyangkali sumbangan ilmu
pengetahuan modern, kaum metafisik mencoba membangun suatu visi keagamaan baru
yang juga menampung “kekayaan rohani” dari agama dan filsafat timur kuno. Dari
situlah lahirnya GZB sebagai pewaris paham metafisik yang menerima sambil
memadukan dan menyelaraskan dengan paham dan kepercayaan kuno.[2]
B.
Sejarah Perkembangan
Awal perkembangan GZB
sebenarnya dimulai dengan munculnya agama-agama kuno di Timur, yaitu Budhisme
(500 SM) yang dipelopori oleh Sidharta
Gautama, yang berakar dari agama Hindu dari Budha, sehingga dari agama ini
muncul Yoga dan Hare Krishna. Kemudian agama Taoisme, yang dipelopori oleh Lao Tzu (500 SM), dalam perkembangannya
agama ini tercampur dengan ajaran Budha, semenjak kedatangan Rahib Budha dari
India yaitu Tat Mo Chowsu, di Cina.
Baik ajaran Budha, Hindu, dan Taoisme mempunyai kesamaan ajaran, yaitu anggapan
bahwa jiwa/pikiran semesta menjadi dasar dari segala sesuatu. Maka, dari ajaran-ajaran ini mulai berkembang
ajaran-ajaran baru yang bernafaskan kebatinan. Contohnya Ralph W. Emmerson,
yang mengajarkan paham Transedental
Movement sekitar abad 18, dan
Spritualisme yang bersifat kebatinan New
Mental, yang diajarkan oleh Frans A. Mesmer (1734-1815) ia dikenal sebagai
“bapak hipnotis”. Sebutan new Age mulai populer tahun 1960-an dengan
populernya lagu yang berlirik mistis dari Marilyn
Ferguson. Kemudian juga berkembang ajaran Yoga yang dipopulerkan oleh Meher Baba dan di Indonesia dipopulerkan
oleh Sai Baba. Bahkan pada waktu itu
berkembang juga ajaran Zen, yang banyak dianut oleh grup musik contohnya, The Beatles.
Istilah New
Age mulai populer di Amerika pada tahun 1960an dengan terbitnya buku dari Mark Satin yang berjudul New Age Politics. Gerakan ini semakin
berkembang dengan menjamurnya buku-buku yang dikarang oleh para penulis yang
memang memiliki semangat ini contohnya buku Aquarium
Conspiracy oleh Marilyn Ferguson.[3]
Salah satu trend ekspresif zaman post
modern adalah ditandainya pergolakan sosial yang cepat. Namun, kita tak sekadar
bersaksi atas progresivitas pergolakan sosial, kecanggihan teknologi post
industri abad ini. Di sisi lain, kita dihadapkan seribu krisis kemanusiaan:
mulai dari krisis diri, alienasi, depresi, stres, keretakan institusi keluarga,
sampai beragam penyakit psikologis lainnya. Justru, jenis penyakit yang
mengguncang diri kita di tengah situasi krisis dewasa ini, tak lain adalah
hadirnya perasaan ketidaknyamanan psikologis. Ada semacam ketakutan eksistensial
yang mengancam diri kita di tengah situasi krisis, sarat teror, konflik, dan
kekerasan, sampai pembunuhan yang menghiasi keseharian hidup kita.[4]
Dari pernyataan diatas,, alasan bahwa GZB
atau NAM (New Age ) mendadak muncul
kembali pada era Post Modern karena gejolak yang menimbulkan banyak perubahan;
para kawula muda menerobos budaya orang tua mereka demi mencari dan menemukan
nilai-nilai baru. Oleh karena itu, generasi 1960an tersebut berpaling ke Timur
untuk mempelajari tulisan-tulisan tentang hindunisme, esoterisme (berguru di
tempat terpencil) dan astrologi. Mereka juga memperkenalkan gaya hidup baru
seperti yang dipelopori kaum Hippies dari San Francisko, sebagai tanda bahwa
hal-hal yang tampil beda toh punya tempat di dunia ini. [5]
Dalam perkembangan selanjutnya, kita mengenal para tokoh Gerakan Zaman Baru
yang begitu dominan dalam memperjuangkannya. Mereka itu adalah Ram Daas, Marilyn Ferguson, David Spangler,
Judith Skutch Dan Sirley Maclaine.
Untuk mengenal para tokoh ini, sekilas
kita akan mempelajari latar belakang kehidupan mereka. Ram Daas, tokoh ini adalah keturunan Yahudi, terlahir dengan nama Richard Albert. Dalam perjalanan
hidupnya, sang tokoh pernah belajar ke India dan kembali dengan nama baru Ram Daas. Tidak ada literatur yang
menjelaskan alasan perubahan namanya itu. Ia mengklaim dirinya sebagai guru
sehubungan dengan adanya zaman baru.
Tokoh yang lain adalah Marilyn Ferguson yang namanya mencuat
melalui karya tulisnya “The Aquarian
Compiracy” pada tahun 1980. Karya tulisnya tersebut membuatnya dikenal
khayalak.
Selain dari tokoh di atas adalah David Spangler. Pada tahun 1976, David
mulai menggagas masalah pembangunan sistem dan reorganisasi Gerakan Zaman Baru
secara profesional. Dia mengusulkan reorganisasi dalam dunia politik dan bisnis
berdasarkan prinsip-prinsip ketat Gerakan Zaman Baru. Menurutnya, organisasi
dalam segala aktivitas Gerakan Zaman Baru perlu ditata ulang.
Judith
Skutch yang mulai dikenal pada tahun 1975 melalui karya tulisnya, “A Course in New Age”. Beberapa jilid
bukunya telah diterbitkan. Tokoh ini berprofesi sebagai pengacara Gerakan Zaman
Baru di New York City.
Tokoh lain muncul dari kalangan bintang
film dan TV Hollywood, namanya adalah Sirley
Maclaine. Sirley sering menggambarkan perjalanan spritualnya dengan sangat
menarik sehingga difilmkan pada tahun 1983. Film pertamanya berjudul “Out On Limb”. Film ini adalah propaganda
yang sangat kental dan sarat dengan Gerakan Zaman Baru, dan pada prinsipnya
Gerakan Zaman Baru mempercayai adanya kenyataan, bahwa: “Dunia mengalami terobosan baru, dimana yang tak terbatas/tak terhingga,”
hal itu membuka jalan kepada suatu tata dunia baru yang penuh kemuliaan,
perdamaian, kelimpahan, dan kesempurnaan. Kekayaan dan sukses adalah hak dan
bukti sifat ilahi manusia.[6]
Oleh kerana itu, New Age Movement, mulai
menjadi diskursus (bahan pembicaraan) publik selama dasawarsa 80-an dan terus
berlanjut sampai 90-an. Maraknya wacana ini merupakan puncak dari kesinambungan
sejarah. Pada perinsipnya GZB mempercayai adanya kenyataan
bahwa “dunia mengalami terobosan baru
dimana ‘yang takterbatas/tak terhingga’ itu membuka jalan pada suatu Tata dunia
Baru yang penuh kemuliaan, perdamaian, kelimpahan dan kesempurnaan. Kekayaan
dan sukses adalah hak dan bukti sifat ilahi manusia.”
C. CIRI-CIRI GZB
GZB adalah
kebangkitan agama-agama alam, karena itu memiliki ciri-ciri yang sama dengan
monisme.
1.
Semua adalah satu dan satu adalah semua (seperti
lingkaran, titik-titik menyatu membentuk lingkaran), Pencipta dan ciptaan tak
memiliki nisbah.
2.
Semua manusia adalah satu. Makro kosmos lingkaran
besar, dan mikro kosmos adalah manusia, titik-titik yang membentuk lingkaran (
Ruh manusia adalah percikan ilahi), Manusia bisa menjadi Allah, tak ada
hierarkhi. spiritualitas bukan ide tapi pengalaman (face to face with reality)
3.
Semua agama adalah Satu. Karena monisme adalah agama
isoteris, maka semua agama isoteris berasal dari sumber yang sama, yaitu dalam
ciptaan. Maka agama-agama yang memiliki dasar yang sama itu tentu saja bisa
menyatu, percampuran agama.
4.
Satu solusi(Manusia menemukan solusi dalam dirinya,
bukan dari luar dirinya)
5.
ambang yang digunakan antara lain; pelangi, piramida,
segitiga, mata dalam segitiga, kuda bertanduk cahaya, swastika, yin-yang,
kepala kambing di atas pentagram, angka 666.[7]
D.
Model
Jaringan Persekutuan, Organisasi dan Bisnis Gerakan Zaman Baru[8]
Kelompok-kelompok
yang termasuk dalam GZB tak jarang terjadi persaingan dan perebutan peminat dan
penganut anggota baru. Namun, dalam kompetisi ini tidak membuat kelompok untuk
bermusuhan tetapi mereka tetap bekerjasama. Model struktur yang dirasa cocok
untuk kelompok GZB adalah Komune yang
diikat dalam satu jaringan organisasi yang dipimpin sang guru, contohnya Komune
Abode of The Message (sanggar amanat) yang didirikan oleh Pir Vilayat Inayat Khan.
Unsur
terpenting juga dalam penyebaran GZB adalah jaringan organisasi bisnis yang
memperlancar proses transformasi GZB. Setiap kawasan metropolitan mempunyai
sejumlah orang yang mengajarkan teknik-teknik transformasi, mulai dari meditai
sampaii pada sesni perang, atau juga yang memperaktekan pengobatan alternatif.
Disamping
itu juga dibentuk wadah bisnis untuk melayani persekutuan GZB lewat jaringan
distribusi bermacam-macam produk mereka, mulai dari bantalan yoga dan tikar
untuk meditasi, sampai pada alat masak, vitamin alamiah, dll. Lewat berbagai
produk ini mereka bertujuan untuk mempromosikan model bisnis GZB, tetapi juga
berbagai ajaran dan prinsip-prinsip ajaran itu.
E. Peranan Media Informasi dan Jaringan Komunikasi
Sekali gagasan Zaman Baru di ungkapkan ,
maka para pendukungnya segera membangun network
diantara kelompok organisasi yang tampaknya dipersekutukan berdasarkan
alasan ideologi maupun praktek. Untuk itu mereka menerbitkan direktori (buku petunjuk) yang memberi informasi tentang pusat-pusat
berbagai kelompok okultik, filsafat Timur, serta agama-agama mistik; serta
toko-toko makanan sehat, toko-toko buku metafisik, perhimpunan anti pembedahan,
guru-guru yoga, organisasi penelitian parapsikologi, kelompok-kelompok minat
pengembangan kejiwaan serta fasilitas-fasilitas perawatan kesehatan
“alternatif” yang tidak menggunakan tatacara perawatan secara medis.
Direktori-direktori itu tidak bercirikan deskriminatif, jadi menerima segala
sesuatu golongan yang ada di dalam masyarakat. Beberapa diantaranay juga cenderung
menyajikan daftar dari kelompok mana saja yang menawarkan spiritualisasi dalam
hal alternatif, termasuk kelompok Kristen yang memakai nama yang tidak lazim.
Disamping direktori, salah satu sarana
terpenting bagi gerakan ini adalah berkala (majalah, jurnal). Sarana ini
membuhul dan menjalin kesatuan kelompok-kelompok dan pribadi-pribadi yang
beraneka ragam itu. Beberapa yang menonjol di awal kemunculan gerakan ini
adalah “New Age Journal, New Realities,
New Directions, dan Yoga Journal”.
Selain itu masih ada ratusan berkala dan surat edaran (newsletter).[9]
F.
Keyakinan,
Ajaran, dan Tata Ibadah
Dari uraian diatas, kita telah lihat berbagai kelompok,
keyakinan, pemahamam dan praktek yang tecakup dibawah GZB, dan betapa
beraneka-ragamnya semua itu. Karena itu, mustahil merumuskan seperangkat
keyakinan dan ajaran yang berlaku bagi semua. Lagi pula GZB, sebagai salah satu
fenomena Post Modern yang muncul akibat reaksi atas sistem keagamaan,
kepercayaan, serta ajaran yang ortodoks,seragam dan baku. Kendati demikian,
pada gerakan ini dapat diidentifikasi pemahaman atau keyakinan tertentu, atau
prinsip-prinsip umum yang kurang lebih diterima semua penganutnya. Prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tuhan, sebagian
besar kaum GZB memahami Tuhan sebagai prinsip Mahaleluhur yang mempersatukan;
Ia bersifat impersonal (tidak berpribadi), tidak mempunyai eksistensi, serta
tidak berpisah atau berbeda dari alam raya atau ciptaan. Tuhan dipahami sebagai
suatu energi, daya. Dalam pandangan GZB, Tuhan mengalami perubahan seoring
dengan evolusi manusia. Alam semesta tidak memiliki tujuan, tidak ada batas
bagi kemungkinan, segala sesuatu adalah mungkin. Yang baik dan yang jahat
adalah sama, demikian juga hidup dan mati.[10]
2. Kemanusiaan, seperti halnya seluruh ciptaan, umat manusia
ambil bagian dalam hakiki Tuhan. Manusia merupakan bagian kecil dari kosmis,
dan mempunyai sifat ilahi dalam dirinya, atau dapat dikatakan bahwa manusia
adalah ilah juga : karena itu manusia pada dasarnya baik (all Is one. We are all one. All is God. We are God) manusia juga
adalah bagian dari energi/roh semesta, dan sifat manusia yang tidak terbatas
dan kekal, sampai pada reinkarnasi.[11]
3. Krisis kemanusiaan, semua
krisis kemanusiaan timbul dari ketidaktahuan akan keilahian dan kebersatuan
dengan segala sesuatu. Satu-satunya kenyataan di dalam Zaman Baru adalah apa
saja yang setiap orang tetapkan harus ada. Perubahan persepsi seseorang atas
realitas akan mengatasi semua keraguan dan kejahatan yang tampaknya ada. Penolakan
untuk memandang kejahatan, ketidak-adilan, kelaparan, kekerasan dan maut akan
menghancurkan semua itu. Manusia tiba pada kesempurnaan dan kekekalan melalui
suatu proses evolusi atau kebangunan yang dinamakan transformasi. Kemanusiaan
yang sudah ditransformasikan adalah juruslamat kemanusiaan.[12]
4. Transformasi, dalam
hal ini, kesadaran manusia akan hakikatnya sebgai ilahi. Kita merupakan
pencipta terhadap diri kita sendiri, dengan demikian, kita harus bertaggung
jawab terhadap apa yang terjadi disekitar kita. Satu-satunya pengaharapan kita
akan masa depan adalah keberhasilan menangkap dan mengharapkan evolusi
lanjutan. Unsur kunci adalah bahwa kita harus memilih dengan bijak arah evolusi
kita di masa depan. Kemuliaan ilahi akan timbul, dan kita akan mengarahkan
evolusi kita di masa depan bagi perbaikan kemanusiaan. [13]
5. Teknik transformasi: transformasi
dapat berlangsung dengan menggunakan ratusan macam teknik yang dapat diterapkan
pada tubuh, pikiran/roh. Sasaran dari setiap teknik ini adalah membuka selubung
yang merintangi persepsi seseorang terhadap realitas, seraya membangun
seperangkat persepsi baru yang didasarkan atas keyakinan bahwa manusia adalah
pencipta dirinya sendiri.[14]
6. Transformasi global: transformasi
personal adalah basis bagi transformasi global, yang akan dicirkan oleh
pencerahan massal dan kesatuan sosial. Menurut mereka, evolusi lanjutan umat
manusiapada akhirnya dan tanpa terelakan akan menjadi universal, yang berpuncak
pada zaman emas yang akan bebas dari perang, kekerasan, resisme, wabah penyakit,
kelaparan dan kematian. Sebagian yakin bahwa umat manusia akan sungguh-sungguh
“esa”, dengan satu bahasa, satu siste mata uang, satu pemerintahan dunia,
begitu juga satu pikiran dan satu kehendak, bahkan sebagian berpendapat bahwa
semua orang akan berpikir dengan pikiran yang sama pada waktu yang sama.[15]
7. Agama universal: transformasi
pada gilirannya akan menghasilkan agama yang universal. Pada zaman baru itu,
umat manusia hanya akan mengenal satu agama, yaitu agama yang universal. Agama
tersebutpun akan menggunakan bentuk yang berbeda-beda dan menampung banyak
masukan dari berbagai tradisi agamawi yang ada sekarang.[16]
8. Daya universal: daya
untuk menghasilkan transformasi datang dari energi alam raya. Warga GZB
menganngap adanya eksitensi energi darasiah yang berbeda dari bentuk-bentuk
energi yang lebih umum dikenal (panas, cahaya, elektromagnetik, gravitasi, dan
sebagainya) yang mendukung dan merembesi semua yang ada di alam raya.[17]
9. Reinkarnasi dan karma: Seperti
telah dikemukakan diatas, di Dalam Zaman itu transfomasi personal merupakan ‘way of life’ (cara hidup). Karena itu
setiap orang harus memilih suatu sadhana,
lorong pertumbuhan dan perkembangan rohani. Tetapi karena sadhana tidak dapat selesai ditempuh dalam satu masa kehidupan,
maka diyakini bahwa ada reinkarnasi dan
karma yang menyediakan kerangka
jangka panjangyang didalamnya dapat dilihat kemajuan rohani seseorang.
Masing-masing orang akan menyelesaikan tahap perkembangan moral dan spiritual
tatkala mereka membereskan semua konsekuensi tindakan mereka yang sudah lewat,
baik pada kehidupan masa kini, maupun yang sebelumnya, dengan melintasi suatu
kurun waktu kehidupan berikutnya dalam tubuh jasmani.[18]
10. Pembimbing dan Guru: diatas
kita telah melihat pemahaman GZB tentang Tuhan. Umat mengambil bagian di dalam
Tuhan sebagai pribadi-pribadi yang merupakan perwujudan dari prinsip
mahaleluhur yang mempersatukan itu dan sebagai saluran-saluran yang mengalirkan
energi atau daya universal ke dalam dunia. Yesus dalam pandangan mereka adalah
hanya sebagai guru yang agung.[19]
11. Ibadah:
terutama kelompok-kelompok GZB yang masuk kategori okultik atau GAB, mereka mengenal dan menyelenggarakan apa
yang juga mereka sebut ibadah . ibadah mereka diungkapkan secara khas lewat
meditasi ataupun berbagai praktik transformasi yang diajarkan oleh para guru
atau pembimbing spiritual yang berbeda-beda. Dalam bentuk yang terbuka intuk
umum, ibadah mereka itu paling nyata diungkapakan dala ibadah yang Universal,
dimana mereka menghormati semua agama sembari memberi kesadaran dan pengertian
akan kosmos yang mendasari setiap orang.[20]
G.
GZB
yang Kristen
Disepanjang uraian dari atas, telah diungkapkan bahwa GZB
menyerap ajaran dan praktek berbagai agama, termasuk Kriten. Nama Yesus sering
muncul, kendati hanya dipandang atau diakui sebagai seoarang Guru Agung. Namun
lebih dari itu, ternyata ada berbagai kelompok dilingkungan GZB yang secara
terus terang menyebut diri sebagai orang Kristen, atau bagian dari Gereja
misalnya (di Jakarta pernah ada kelompok yang menamakan diri Gereja Kristus
Penginjilan Nusantara), lalu menawarkan seperangkat ajaran, kegiatan dan
praktik seakan-akan adalah ajaran Kristiani lewat persekutuan-persekutuan dan
barbagai kegiatan misalnya seperti ibadah minggu, seminar, lokakarya, dan lain
sebagainya, yang mereka bentuk dan selenggarakan ataupun lewat bacaan. Mereka
bahkan menjajikan pemaham yang lebih mendalam dan sejati atas Iman Kristiani
serta atas Alkitab, sebab mereka mengaku menerima wahyu langsung dari Kristus
Yesus.
Bagi banyak warga masyarakat atau warga Gereja, ajaran dan
praktik yang mereka tawarkan sering tidak disadari sebagagi ajaran GZB yang
sama sekali lain dari ajaran gereja resmi, apalagi karena para penganjurnya
juga sering menggunakan Alkitab.[21]
Berikut, mengenai ajaran-ajaran dari kelompok yang mengaku diri
sebagai GZB Kristen adalah:
· Yesus
mengajarkan bahwa segala sesuatu adalah satu, segala sesuatu adalah Allah, dan
manusia adalah Allah.
· Yesus
mengajarkan dan yakin akan adanya kesatuan agama-agama dunia.
· Yesus
mengajarkan bahwa ia bukanlah Allah yang secara unik menjelma menjadi manusia
biasa yang mengalami pencerahan.
· Yesus
mengajarkan bahwa ia adalah penunjuk jalan bagi manusia, tetapi bukan
juruselamat.
· Yesus
mengajarkan bahwa setiap insan memiliki potensi dan kecakapan untuk menyelamatkan
dirinya.
· Yesus
mengajarkan bahwa pengetahuan esoteri (gnosis) maha penting bagi upaya manusia
menyelamatkan dirinya sendiri.
· Yesus
mengajarkan bahwa transformasi kesadaran merupakan bagian dari upaya manusia
menyelamatkan dirinya sendiri.
· Yesus
mengajarkan dan percaya bahwa pada Allah sang Bapa (sang pencipta) dan Allah
sang Ibu (sang Bumi).[22]
H.
Beberapa
Catatan Penilaian Atas GZB
Gereja Kristen pada umumnya merasa terusik dan digerogoti
dengan gerakan GZB. Kendati di sana-sini menghargai unsur-unsur tertentu dari
padangan dan praktik GZB seperti meditasi, yang dapat dinilai oleh Kristiani
misalnya menunjukan janji kasih Allah[23],
namun kalangan gereja pada umumnya memberi penilaian negatif, terlebih-lebih
atas kelompok-kolompok atau pemahaman yang mengaku diri sebagai “GZB Kristen”[24],
misalnya mewakili para teolog Lutheran menilai bahwa GZB mempromosika tipu
muslihat Iblis yang paling tua dan mematikan, yaitu bahwa manusia setara dengan
Allah. Dalam buku Jan. S Aritonang, disana ia mengutip pendapat Dr. Carl
Raschke dari Universitas Denver, Lochhaas menyebut GZB sebagai “versi rohani
dari AIDS”, dalam arti: ia menghancurkan sistem pertahanan dan kemampuan umat
manusia untuk menanggulangi dan berfunsi sebagaimana mestinya sebagai manusia.
Dengan demikian, kita melihat bahwa GZB masih cukup laris di
dunia ini, terutama di dunia Barat. Mengingat bahwa Indonesia, seperti itu juga
banyak negara berkembang lainnya, sering menjadi pasar potensial bagi segala
macam produk dunia Barat, termasuk yang berbaur dengan agama.
Kehadiran GZB di Indonesia, tidak dapat dipungkiri, secara
tidak disadari negara Indonesia telah merembesi dan menyusup kehidupan bangsa
kita, terutama ketika kita berada dalam era industrialisasi dan globalisasi.
GZB dengan segala sarana dan metode penyebarannya merupakan salah satu contoh
yang paling representatif dari produk ‘konsumtif’ yang dikemas dengan bungkus
dan aroma spiritual, lalu dipasarkan danmembanjiri dunia dengan memanfaatkan
arus globalisasi tersebut.
Oleh kerana itu, mengecam dan mencerca saja tidak akan
memecahkan masalah. Mengamati dan memantau persebarannya, mewaspadai
kehadirannya di tengah kehidupan kita, dan membekali diri dengan pemahaman yang
memadai atasnya merupakan langkah awal untuk menolong kita.[25]
3.
Penutup
a.
Kesimpulan
Dari berbagai penrnyataan di atas, maka penulis menyimpulakan
bahwa Gerakan Zaman Baru meupakan sebuah gerakan yang lahir oada zaman Post
Modern yang mengkritik berbagai kemajuan pendidikan dan perkembangan teknologi.
Gerakan ini membangkitkan kembali paham yang bergantung terhadap hukum alam.
Mereka tersebut adalah bersifat universa, dimana bukan hanya mengatasnamakan
sebagai GZB Kristen saja, melainkan mereka semua mencakup berbagai agama yang
ada di dunia ini. Mereka memang menghormati semua agama, namun mereka memberi
kesadaran terhadap semua orang terkait dengan kepercayaan-kepercayaan
tradisonal. Gereja sangat sulit untuk menglkaim bahwa ajaran yang mereka paham
tersebut adalah benar, alasannya karena gereja sama sekali bertentang dengan
paham yang dianut oleh penganut GZB ini, dimana gereja sangat melarang dan
tidak mengijinkan pengikutnya percaya terhadap magic-magic atau yang bersifat
Okultik, dan juga sebagian besar yang paham yang dianut oleh GZB ini
bertentangan dengan ajaran Kristiani, termasuk Hakikat dan Kewibawaan Allah.
b.
Kritik
dan Saran
Sebagai manusia yang
meiliki sifat keterbatasan dan kelemahan, seya sebagai penulis mengakui bahwa
ada banya kekurang dan keterbatasan penulis dalam membuat karya ilmiah ini,
untuk itu, saya sangat mengaharapkan kritik dan saran serta masukan yang
bersifat membangun demi memperbaiki kelemahan saya sebagai penulis makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Literarur
kepstakaan
Herlianto,
Humanisme dan Gerakan Zaman Baru (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1990)
Aritonang,
Jan S., Berbagai Aliran di Dalam dan di
Sekitar Gereja (Jakarta:BPK-GM, 2016)
Kranenborg,
R. , Conteporary Millenianism and
the New Age Movement, dalam EXCHANGE (Journal of Missiological and
Ecumenical Research) vol. 23, 1994
Winker,
E.K., The New Age Is Lying to You.
St. Louis: Cocordia Publishing House, 1994
Halaman
Internet
Kutipan
Hisar Manurung dalam buku yang
ditulis oleh Chandler, R., Understanding The New Age (Texas: World Inc.,
1989), hlm 97 di alamat situsnya new-age-movement.htm
Kutipan
Joni Welman SimatupangChadler,
Understanding the New Age, 1988, hlm 20, 130-33), di alamat situs gerakan_zaman_baru-perkantas-jakarta.htm
[1]
Herlianto, Humanisme dan Gerakan Zaman Baru (Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 1990), hlm. 37
[2]
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran
di Dalam dan di Sekitar Gereja (Jakarta:BPK-GM, 2016) hlm 541-543
[3]
Herlianto, Op. Cit, hlm 39
[4]
Kutipan Joni Welman Simatupang Chadler, Understanding the New Age, 1988, hlm
20, 130-33), di alamat situs gerakan_zaman_baru-perkantas-jakarta.htm,
di akses pada hari Rabu, 30 Agustus 2017, pukul 17.24 WIB
[5]
Kutipan Jan. S. Aritonang dalam tulisan
R. Kranenborg dalam bukunya Conteporary
Millenianism and the New Age Movement,
dalam EXCHANGE (Journal of
Missiological and Ecumenical Research) vol. 23, 1994, hlm. 44-57 dalam buku
Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, hlm 549-550
[6]
Kutipan Hisar
Manurung dalam buku yang ditulis oleh Chandler, R., Understanding The
New Age (Texas: World Inc., 1989), hlm 97 di alamat situsnya new-age-movement.htm,
di akses pada hari Rabu, 30 Agustus 2017, pukul 17.17 WIB
[7]
Herlianto, Op.Cit, hlm. 41
[8]
Jan S. Aritonang, Op. Cit, hlm
554-555
[9]
Ibid, hlm 553-554
[10]
Ibid, hlm 559
[11]
Herlianto, Op.Cit, hlm. 41
[12]
Jan.S. Aritonang, Op. Cit, hlm.
560
[13]
Ibid, hlm. 560
[14]
Ibid, hlm 561
[15]
Ibid, hlm 561-562
[16]
Ibid, hlm. 562
[17]
Ibid, hlm. 562-563
[18]
Ibid, hlm. 563
[19]
Ibid, hlm. 563-564
[20]
Ibid, hlm. 564
[21]
Jan S. Aritonang, Op. Cit, hlm
564
[22]
Kutipan Jan. S. Aritonang dalam tulisan
E.K. Winker dalam bukunya The New Age Is
Lying to You. St. Louis: Cocordia Publishing House, 1994, hlm. 176-184
dalam buku Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, hlm. 564-566
[23]
Herlianto, Op. Cit, hlm. 168
[24]
Kutipan Jan. S. Aritonang dalam tulisan
Ph. dalam bukunya The New Age Is Lying to
You. St. Louis: Cocordia Publishing House, 1994, hlm. 176-184 dalam buku
Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, hlm. 564-566
[25]
Jan. S. Aritonang, Op. Cit, hlm.
566-569
Tidak ada komentar:
Posting Komentar